IMF Blak-blakan: Ini Kritik dan Pujian Untuk RI

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 30/04/2024 12:27 WIB
Foto: Foto kolase Wolrd Bank dan international monetary fund. (AP/Andrew Harnik dan AFP/OLIVIER DOULIERY)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) ikut bersuara soal kondisi ekonomi Indonesia. Lembaga itu juga ikut berkomentar terkait proyeksi ekonomi RI saat Prabowo Subianto mengambil alih posisi sebagai Presiden RI pada Oktober 2024 mendatang.

Direktur Departemen Asia Pasifik IMF, Krishna Srinivasan, mengungkapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 adalah 5%. Kemudian akan menembus 5,1% pada 2025. Indonesia menurutnya berada dalam situasi makro yang baik.


"Jadi jika Anda melihat fundamental makro, semuanya terlihat cukup baik," ungkapnya dalam konferensi pers IMF Asia, Selasa (30/4/2024).

Krishna mengatakan pihaknya melihat Prabowo akan terus melanjutkan kesinambungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun ada sejumlah hal yang harus dibahas dengan seksama yakni terkait bagaimana meningkatkan potensi pendapatan.

"Jadi pertanyaannya adalah kita harus melihat secara rinci bagaimana rencana fiskal berjalan dengan baik, namun secara keseluruhan, kita melihat hal ini sebagai sebuah kelanjutan," tambahnya.

Ungkapan serupa juga disampaikan Wakil Direktur Departemen Asia Pasifik IMF, Thomas Helbling. Dia menyebut telah lama menekankan Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang lebih tinggi.

"Khususnya dengan kebijakan struktural yang tepat, jika Indonesia menutup kesenjangan infrastruktur, menutup kesenjangan pendidikan, dan memperbaiki struktur tata kelola, kita dapat melihat potensi pertumbuhan yang lebih tinggi," paparnya.

Helbling menjelaskan pemerintah tentu saja harus memainkan peran penting dalam menutup kesenjangan infrastruktur dan pendidikan. Menurutnya, pemerintah juga perlu mendorong reformasi tata kelola untuk meningkatkan belanja pendidikan.

"Kunci utama reformasi lainnya adalah reformasi pendapatan. Indonesia memiliki rasio pajak (tax ratio) sekitar 10% yang sangat rendah, dibandingkan dengan kebutuhan belanja struktural untuk pendidikan, infrastruktur, dan jaring pengaman sosial."

"Jadi kita melihat tindakan tegas dan reformasi pendapatan di mana IMF telah menetapkan pilihan-pilihan untuk reformasi pendapatan, yang merupakan hal yang paling penting bagi pemerintahan baru," tambah Hebling.


(tps/wed)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Daya Beli Dijaga, Sektor Padat Karya Didorong Tumbuh