Dolar Rp16.200, Sri Mulyani Akui Sudah Melenceng dari APBN

M Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
26 April 2024 16:45
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menghadiri sidang lanjutan sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) 2024 di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Jumat (5/4/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menghadiri sidang lanjutan sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) 2024 di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Jumat (5/4/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah asumsi makro yang ditetapkan pemerintah dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 melenceng. Termasuk di antaranya nilai tukar rupiah.

Nilai tukar rupiah dalam asumsi makro APBN 2024 sebesar Rp 15.000 sedangkan realisasinya secara year to date atau tahun berjalan hingga Maret 2024 sebesar Rp 15.711 per dolar AS.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti secara khusus pergerakan nilai tukar rupiah yang telah melenceng dari asumsi makro. Menurutnya, selisih pergerakannya sudah cukup besar.

"Yang kita lihat gerak cukup signifikan adalah kurs. End of periode (eop) itu sudah Rp 16.280 dan year to date (ytd) atau rata-rata dari Januari sampai akhir Maret Rp 15.711," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers APBN edisi April 2024, Jakarta, Jumat (26/4/2024).

Sri Mulyani mengatakan, melencengnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS itu akan mempengaruhi APBN secara signifikan. Baik dari sisi penerimaan maupun belanja, menurut dia akan terpengaruh pergerakan kurs.

"Dua ukuran ini (ytd dan eop) lebih tinggi dari asumsi kita yang Rp 15.000. Ini deviasi cukup besar hampir Rp 700 atau Rp 1.200 dibanding end of periode, tentu akan pengaruhi berbagai faktor dalam APBN," tutur Sri Mulyani.

Selain rupiah, indikator makro yang sudah melenceng dari APBN di antaranya inflasi, yang per Maret 2024 sudah sebesar 3,05% sedangkan asumsinya dalam APBN hanya 2,8%. Lalu, lifting minyak yang hanya 567,3 ribu barel per hari, dari target 635 ribu barel per hari.

Demikian juga dengan lifting gas yang hanya sebesar 905,2 ribu barel setara minyak per hari, dari target yang sebesar 1.033 ribu barel setara minyak per hari.

Namun, untuk harga minyak mentah Indonesia masih di bawah asumsi APBN yang sebesar US$ 82 per barel, yakni US$ 80,33 per barel secara ytd, sedangkan eop sudah melebar dari asumsi US$ 83,78.

"Ini karena kejadian di Timur Tengah dua minggu ini sudah mulai mengangkat harga minyak kita," ungkap mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.

Suku bunga SBN 10 tahun juga masih sebesar 6,64% ytd dari asumsi 6,7%, meskipun secara eop dengan yield per 24 April 2024 sudah sebesar 7,06%.


(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonom Soroti Target Ekonomi Rezim Prabowo di 2025

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular