Buka Suara, Sri Mulyani Blak-blakan Penyebab Dolar Tembus Rp 16.200

M Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
26 April 2024 10:30
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (25/3/2022). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (25/3/2022). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengakui bahwa kondisi perekonomia penuh guncangan dan ketidakpastian. Penyebab utamanya adalah gejolak di global khususnya geopolitik yang memanas antara Iran dan Israel. Namun, tak hanya itu kondisi ekonomi di Amerika Serikat dan kebijakan bank sentralnya juga berpengaruh terhadap perekonomian global.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawat mengatakan, pemerintah memasang waspada tinggi terhadap kondisi yang saat ini terjadi. Dia menyampaikan informasi terbaru dari bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed yang tampaknya masih akan memasang kebijakan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lama atau higher for longer.

"Kita lihat the Fed terutama dari Powell (Gubernur The Fed) yang menyampaikan bahwa kondisi perekonomian AS masih sangat robust (kuat) dan inflasi belum turun secara cukup signifikan dan pada level yang diharapkan. Ini menyebabkan keputusan the Fed untuk menunda penurunan atau pemotongan suku bunga kebijakan, Dan ini tentu mengkonfirmasi higher for longer untuk the Fed bahkan di luar ekspektasi market," ucap Sri Mulyani saat konferensi pers APBN edisi April 2024, Jumat (24/4/2024).

Sri Mulyani melanjutkan, pelaku pasar awalnya sangat berharap the Fed bakal menurunkan suku bunga acuannya di tahun ini secara bertahap. Namun, lanjut Sri Mulyani harapan pelaku pasar sia-sia karena the Fed akan tetap memberlakukan kebijakan suku bunga tinggi.

"Dengan situasi seperti ini maka muncul ekspektasi yang harus diubah. Dengan perubahan ini maka terjadilah capital outflow dan tekan kurs atau nilai tukar," ucapnya.

Sri Mulyani menekankan kondisi di AS ini menjadi salah satu penyebab dolar menguat dan asing keluar dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang akhirnya menyebabkan mata uang negara berkmebnag termasuk rupiah melemah.

Seperti diketahui, Bank Indonesia baru saja menaikkan suku bunga acuan BI-Rate 25 basis points (bps) menjadi 6,25% untuk menahan laju pelemahan rupiah. Namun, apa mau dikata dolar yang sangat menguat menyebabkan rupiah tidak bergerak dari level Rp 16.200 per dolar AS.


(arj/arj)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengusaha Teriak: Suku Bunga Tinggi Bebani Bisnis!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular