Pengusaha Teriak: Suku Bunga Tinggi Bebani Bisnis!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
14 March 2024 12:47
Ketua Umum APINDO, Shinta W. Kamdani saat konferensi pers KLINGKING FUN 2024, Pesta Diskon Anti Golput di Jakarta, Kamis (1/2/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Ketua Umum APINDO, Shinta W. Kamdani saat konferensi pers KLINGKING FUN 2024, Pesta Diskon Anti Golput di Jakarta, Kamis (1/2/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani buka-bukaan terkait banyaknya keluhan pengusaha terhadap beban dari suku bunga tinggi saat ini terhadap iklim bisnis.

Shinta mengaku telah menggelar survei terhadap 2.000 perusahaan pada tahun lalu mengenai kondisi beban usaha yang tengah dihadapi saat ini. Hasilnya, lebih dari 50% mengatakan kondisi nilai tukar dan suku bunga yang ada saat ini masih tidak kompetitif dan cenderung menjadi beban usaha.

"Cenderung menjadi beban. Jadi maksudnya ini masih menjadi kendala, terutama suku bunga pinjaman yang di Indonesia masih tinggi ini jadi faktor yang harus menjadi perhatian ke depan," kata Shinta dalam acara diskusi Leaders Forum di Jakarta, Kamis (14/3/2024).

Survei itu, menurutnya, juga menunjukkan adanya laporan dari 72% responden yang mengaku tengah mengalami pertumbuhan penjualan yang lambat atau pertumbuhannya hanya di kisaran 5%, dan 42%-nya mengatakan bisnisnya tengah mengalami stagnasi.

"68,8% nya menilai biaya transportasi dan logistik yang masih tinggi jadi tantangan utama infrastruktur, jadi masukan-masukan begini kita adadetailnya di masing-masing matriks kebijakan," tutur Shinta.

Sebagai informasi, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan, kebijakan suku bunga acuan BI Rate akan terus dijaga di level 6%, sampai ada ruang penurunan pada semester II-2024.

Dia menjelaskan, suku bunga itu akan ditahan di level itu untuk memastikan stabilitas ekonomi Indonesia terjaga, seperti inflasi yang terus terjaga rendah di kisaran target, hingga pergerakan rupiah terjaga.

"Itu kenapa untuk beberapa saat akan mempertahankan policy rate di level 6%," kata Perry dalam acara Mandiri Investment Forum 2024, Selasa (5/3/2024).

BI Rate di level 6% telah BI pertahankan sejak 19 Oktober 2023. Level suku bunga acuan itu naik setelah BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% sejak 19 Januari 2023.

Meski begitu, Perry melihat ruang untuk mulai menurunkan suku bunga acuan pada semester II tahun ini. Salah satunya karena inflasi berpotensi terjaga di kisaran target 2,5% plus minus 1% tahun ini.

Apa yang menjadi fokus kita saat ini adalah menstabilkan nilai tukar rupiah dan kita meyakini nilai tukar rupiah akan apresiasi atau menguat pada semester II tahun ini," tutur Perry.

"Itu sebabnya kenapa kita harus memastikan nilai tukar rupiah menguat untuk mendukung tingkat inflasi kita dan mendorong pertumbuhan ekonomi," tegasnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Beri Bocoran 3 Skenario Penurunan Suku Bunga The Fed

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular