
Potret Militer Thailand Berjaga di Perbatasan, Siaga Tetangga Perang
Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand pada hari Sabtu (20/4/2024) memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Tentara Thailand berlindung di dekat Jembatan Persahabatan Thailand-Myanmar ke-2 selama pertempuran di sisi Myanmar antara Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) dan pasukan Myanmar, yang berlanjut di dekat perbatasan Thailand-Myanmar, di Mae Sot, Provinsi Tak, Thailand, Sabtu (20/4/2024). (REUTERS/Soe Zeya Tun)

Situasi di Myanmar masih terus memanas. Pasukan pemberontak terus mencoba mendesak kekuatan kelompok junta militer, yang melakukan kudeta pada tahun 2021 lalu. Myawaddy, sebuah pos perdagangan penting antara Myanmar dan Thailand berhasil direbut pasukan pemberontak dari junta yang berkuasa pekan lalu. (REUTERS/Soe Zeya Tun)

Dalam pertempuran memperebutkan Myawaddy, pasukan pimpinan milisi etnis Karen, KNU, mengepung kota tersebut dan mendorong pemerintahan junta setempat hingga mencapai titik kehancuran sebelum mengambil alih. Saat ini, sekitar 200 tentara junta masih terjebak di dekat jembatan antara Myawaddy dan Thailand. Mereka dapat memilih untuk menyerah kepada Thailand atau KNU. (REUTERS/Soe Zeya Tun)

Jatuhnya Myawaddy berarti dua penyeberangan perbatasan darat terpenting di Myanmar berada di tangan perlawanan. Pasalnya, tahun lalu, pemberontak mengklaim kendali atas Muse, dekat perbatasan China. (AP Photo/Sakchai Lalit)

Lembaga pemikir Institut Strategi dan Kebijakan-Myanmar (ISP) yang berbasis di Thailand mengatakan dalam perkiraannya setelah jatuhnya Myawaddy bahwa junta telah kehilangan 60% pendapatan bea cukai berbasis darat. Sekitar 14% dari total perdagangan Myanmar melalui perbatasan darat antara April 2023 dan Maret 2024, dengan total sekitar US$ 1,15 miliar (Rp 18,6 triliun), dilakukan melalui Myawaddy. (AP Photo/Sakchai Lalit)