
Gempa Bawean Beri Peringatan Penting, Ini Fakta-Faktanya Menurut BMKG

Jakarta, CNBC Indonesia - Gempa berskala M5,9 (hasil pemutakhiran data) mengguncang wilayah Jawa Timur pada pukul 11:22:45 WIB di 5.74 LS 112.32 BT dan kedalaman 10 km. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, lokasi pusat gempa berada di laut 132 km Timur Laut Tuban, Jawa Timur.
Lalu pada pukul 12:31:12 WIB di 5.74 LS 112.36 BT dan kedalaman 10 km, kembali terjadi gempa berkekuatan M5,3. Menurut BMKG, pusat gempa ada di laut. Atau di dekat lokasi gempa pertama, yaitu 133 km Timur Laut Tuban.
Dan, pada pukul 15:52:58 WIB di 5.76 LS 112.33 BT dan kedalaman 12 km, di sekitar lokasi gempa pertama dan kedua, gempa berkekuatan M6,5 kembali mengguncang. Lokasi pusat gempa ada di laut, 114 km Timur Laut Tuban.
Gempa yang mengguncang wilayah Tuban dan daerah lain di Jawa Timur itu, menurut BMKG, tidak berpotensi tsunami. Namun, BMKG mencatat, guncangan gempa ketiga dirasakan sampai ke Banjarmasin dan Balikpapan, Kalimantan.
Dan, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa M6,5 berdampak pada kerusakan bangunan. Kerusakan menyasar rumah warga dan gedung fasilitas publik di beberapa wilayah di provinsi Jawa Timur.
"Ribuan tempat tinggal masyarakat mengalami kerusakan ringan hingga berat," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan resmi, Senin (25/3/2024).
"Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi Jawa Timur merilis per hari ini, Senin (25/3/2024), pukul 06.00 WIB, total rumah rusak berjumlah 4.679 unit. Rincian berdasarkan Tingkat kerusakan sebagai berikut rumah rusak berat (RB) 774 unit, rusak sedang (RS) 1.332 dan rusak ringan (RR) 2.573. Dari total jumlah tersebut, kerusakan terbesar berada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur," paparnya.
Masih menurut BPBD Jawa Timur, Abdul menambahkan, hingga Senin (25/3/2024) pukul 06.00 WIB, total warga mengungsi berjumlah 33.535 jiwa. Rinciannya, penngungsi dewasa 18.531 orang, anak-anak 10.109 orang, dan lansia 4.895 orang.
"Menurut pantauan BPBD Jawa Timur, gempa susulan atau aftershock terekam hingga 256 kali hingga hari ini, pukul 06.00 WIB," katanya.
Fakta-Fakta Gempa Bawean
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam unggahan di akun media sosial X miliknya mengatakan, mitigasi struktural yaitu upaya membangun bangunan tahan gempa dengan struktur kuat dan mitigasi nonstruktural dengan melakukan edukasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, harus terus ditingkatkan secara berkelanjutan.
Dia pun memaparkan sederet fakta-fakta terkait Gempa Bawean, sebagai berikut:
1. Bukan gempa Tuban
Daryono mengatakan, berdasarkan kedekatan dengan sumber gempa dan tingkat makroseismik/ dampak gempa, nomenklatur yang tepat untuk menyebut gempa yang terjadi adalah Gempa Bawean.
Hal itu disampaikan untuk meluruskan penyebutan "Gempa Tuban" yang sempat meluas sejak gempa pertama terjadi.
2. Jenis gempa
Menurut Daryono, Gempa Bawean berkekuatan M5,9 dan M6,5 pada 22 Maret 2024 merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser/mendatar (strike-slip) di Laut Jawa.
3. Sifat gempa
"Gempa bersifat merusak/destruktif. Gempa ini menimbulkan dampak kerusakan bangunan tidak hanya di Pulau Baweaan. Kerusakan akibat gempa juga terjadi di Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru," katanya.
4. Gempa dengan guncangan spektrum luas
Dampak guncangan Gempa Bawean ini dirasakan hingga jauh meliputi daerah Banjarmasin, Banjarbaru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo. Yogyakarta, Kulon Progo, dan Kebumen,
5. Gempa tidak berpotensi tsunami
Dijelaskan, hasil pemodelan tsunami BMKG menunjukkan, Gempa Bawean tersebut tidak berpotensi tsunami. Data lapangan hasil monitoring muka laut dengan menggunakan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban menunjukkan muka laut yang normal tanpa ada anomali catatan tsunami.
Tampaknya gempa magnitudo M6,5 belum dapat menimbulkan deformasi dasar laut yang dapat mengganggu kolom air laut, disamping mekanisme sumber gempanya yang berupa sesar geser/mendatar tidak produktif dalam membangkitkan tsunami.
6. Pusat gempa
Daryono menjelaskan, Gempa Bawean berpusat di zona aktivitas kegempaan rendah (low seismicity).
"Sehingga masyarakat awam menilai Gempa Bawean sebagai "gempa tidak lazim", karena terjadi di wilayah yang jarang terjadi gempa dangkal," kata Daryono.
"Selama ini wilayah Laut Jawa lazimnya menjadi episenter gempa-gempa hiposenter dalam (deep focus) akibat deformasi slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia tepatnya di bawah Laut Jawa dengan kedalaman sekitar 500-600 km," jelasnya.
7. Gempa Bawean berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus.
Daryono menambahkan, wilayah Laut Jawa utara Jawa Timur secara geologi dan tektonik berada pada zona Sesar Tua Pola Meratus yang mengindikasikan keberadaan jejak sesar-sesar/patahan yang berusia tua.
"Gempa Bawean membuktikan bahwa ternyata jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, sekaligus menjadi pengingat kita untuk selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat Pulau Bawean yang berpenduduk," katanya.
"Gempa dapat berulang dan terjadi kapan saja. Meskipun termasuk dalam zona kegempaan rendah, Laut Jawa utara Jawa Timur tetap memiliki potensi gempa karena secara geologi dan tektonik terdapat jalur Sesar Tua Pola Meratus," tambahnya mengingatkan.
Menurut Daryono, sulit untuk mengatakan sebuah zona sesar tua (sutur) disebut stabil dan aman dari gempa. Karena sudah banyak bukti aktivitas gempa yang terjadi di zona stabil di mana terdapat sutur, contohnya di Benua Australia dan AS.
"Meskipun masih dalam perdebatan terkait "residual stress" tetapi fakta menunjukkan bahwa zona stabil masih bisa terjadi gempa dimana energi gempa sangat mungkin terbangun dari "super slow stress accumulation"," katanya.
8. Gempa Bawean dipicu reaktivasi sesar tua.
Dia menuturkan, episenter Gempa Bawean ternyata terletak tepat di jalur sesar yang sudah terpetakan.
Jika mencermati lokasi pusat Gempa Bawean, tampak episenternya terletak tepat pada jalur Sesar Muria (Laut) menurut paper yang dipublikasikan Peter Lunt (2019). Jalur sesar ini berada di zona Sesar Tua Pola Meratus.
Salah satu jalur sesar di zona Pola Meratus ini diduga mengalami reaktivasi dan memicu gempa.
9. "Gempa susulan" lebih besar
Gempa Bawean memiliki "susulan" dengan magnitudo lebih besar (M6,5) dari gempa pertama (M5,9).
Menurut Daryono, hal itu bisa terjadi karena asperity (bidang bakal geser di bidang sesar) yang ukurannya lebih besar (M6,5) mengalami pecah belakangan, salah satunya karena dipicu tekanan dari gempa pertama (M5,9) dengan aspertity yang ukurannya relatif lebih kecil.
"Bidang sesar yang pecah pertama kali (first rupture) adalah asperity pada struktur batuan yang lebih lemah, sehingga mengalami pecah duluan sebagai gempa pembuka (foreshock)," jelasnya.
10. Gempa susulan cukup banyak.
Hal ini disebabkan karakteristik gempa kerak dangkal di Bawean terjadi pada batuan kerak bumi permukaan yang batuannya bersifat heterogen sehingga mudah rapuh patah.
Berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuan bersifat homogen dan elastik sehingga biasanya miskin gempa susulan bahkan terkadang tidak diikuti gempa susulan meskipun magnitudo gempanya cukup besar.
"Gempa susulan lazim terjadi pasca terjadi gempa kuat dan bukan untuk ditakuti. Banyaknya gempa susulan justru dapat memberi informasi peluruhan gempa sehingga kita dapat mengestimasi kapan berakhirnya gempa susulan," katanya.
11. Gempa Bawean mulai meluruh.
Hasil monitoring BMKG hingga Minggu pagi (24) pukul 10.00 WIB tercatat sebanyak 239 kali gempa, dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang. Jika hari Jumat (22/3) dalam satu jam dapat terjadi 19 kali gempa, maka data terkini Minggu (24/3/2024) menunjukkan dalam 1 jam terjadi 2-3 kali gempa. Semoga kondisi tektonik sumber gempa di Bawean segera stabil dan aman kembali.
Dalam unggahan di akun media sosial X-nya, Daryono mengungkapkan, hingga hari ini, Senin (25/3/2204) pukul 12.00, tercatat ada 267 gempa yang terjadi dalam rangkaian gempa Bawean.
12. Gempa Bawean menambah catatan gempa kuat di Laut Jawa
"Sejarah gempa kuat di Laut Jawa tidak banyak, hanya 4 kali yaitu pada 1902, 1939, 1950 dan terkini 2024," kata Daryono.
13. Gempa Bawean memberikan pelajaran penting
"Ancaman gempa merusak di Jawa Timur tidak hanya berasal dari selatan yaitu sumber gempa subduksi lempeng/megathrust dan sesar-sesar aktif di daratan, tetapi ternyata juga dari sumber-sumber gempa di Laut Jawa di utara Jawa Timur," pungkas Daryono.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Netizen Heboh! Gempa Jawa Sampai Terasa ke Kalimantan
