Internasional

Negara Komunis Ini Dihantam Krisis Energi-Makanan, AS 'Kambing Hitam'

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 19/03/2024 14:30 WIB
Foto: AP/Eliana Aponte

Jakarta, CNBC Indonesia - Demonstrasi besar melanda Kuba terkait dengan kekurangan makanan dan energi yang dialami warga Negeri Komunis di Karibia itu.

Platform media sosial dipenuhi dengan gambar-gambar protes di Santiago de Cuba, sebuah kota berpenduduk 510.000 jiwa yang terletak di sebelah Timur negara pulau itu. Ada juga gambar protes di kota besar lainnya, Bayamo.

"Orang-orang meneriakkan 'makanan dan listrik'," kata seorang warga berusia 65 tahun, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, Senin (18/3/2024).


Kuba telah mengalami gelombang pemadaman listrik sejak awal Maret karena pekerjaan pemeliharaan pembangkit listrik termoelektrik Antonio Guiteras, yang terbesar di pulau itu. Namun akhir pekan ini, situasinya diperparah dengan kurangnya bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik.

Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Havana mengatakan bahwa mereka mengetahui laporan "protes damai" di Santiago, Bayamo dan wilayah lain di Kuba. Mereka mendesak pemerintah Kuba untuk menghormati hak para warga.

"Kami mendesak pemerintah Kuba untuk menghormati hak asasi para pengunjuk rasa dan memenuhi kebutuhan sah rakyat Kuba," tulis lembaga diplomatik itu.

Menanggapi situasi ini, Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel dalam akun X nya menyebut ada pihak-pihak yang mengompori aksi demonstrasi ini di AS. Havana juga telah memanggil memanggil duta besar AS, Benjamin Ziff, ke Kementerian Luar negerinya.

"Beberapa orang telah menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap situasi listrik dan distribusi makanan," kata Diaz-Canel di X, memperingatkan bahwa "musuh-musuh Revolusi" bertujuan untuk mengeksploitasi situasi ini.

"Ada teroris yang berbasis di AS, yang telah kami kecam dalam beberapa kesempatan, yang mendorong tindakan yang bertentangan dengan tatanan internal negara tersebut."

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan "tidak masuk akal" untuk menyatakan bahwa Washington berada di balik protes tersebut.

Kuba berada dalam cengkeraman kemerosotan ekonomi, yang diperburuk oleh melonjaknya inflasi dan kesenjangan yang semakin besar antara kelompok kaya dan miskin di Negeri Komunis itu.

Toko-toko yang dikelola negara, tempat masyarakat Kuba biasanya menerima jatah makanan pokok seperti beras, kacang-kacangan, garam, gula, kopi, dan yang terpenting, susu bayi, kini semakin kosong. Sementara itu, toko-toko kecil bermunculan di seluruh pulau setelah perusahaan swasta kecil dan menengah diizinkan buka dalam upaya mengurangi kekurangan pasokan.

Baru-baru ini, harga bensin naik lima kali lipat, dan PDB berada 10% di bawah nilai pada tahun 2019. Mata uang peso diperdagangkan pada hari Senin pada 325 terhadap dolar, dibandingkan dengan kurs resmi 24 (kurs lain sebesar 120 digunakan untuk barang-barang tertentu).

Di sisi lain, jumlah wisatawan yang datang ke pulau tersebut dari Eropa dan Kanada, yang merupakan sumber pendapatan utama, mengalami stagnasi.

Havana menyalahkan embargo perdagangan Washington yang sudah berlangsung hampir 64 tahun sebagai penyebab situasi ekonomi ini. Bahkan, program diskusi utama televisi pemerintah pada senin bertajuk: "Amerika Serikat, mafia Miami, dan kampanye anti-Kuba."


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Dukung Penangkapan Gubernur California Terkait Demo di LA