
AS Mulai Kehabisan Duit Buat Bantu Ukraina, Putin Makin di Atas Angin?

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) mulai menunjukan gelagat kehabisan uang dalam membantu Ukraina. Ini terjadi setelah perdebatan bipartisan di Negeri Paman Sam gagal mencapai konsensus penyediaan bantuan untuk Kyiv yang sedang berperang dengan Rusia.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Republik Mike Johnson sejauh ini menolak untuk mengadakan pemungutan suara mengenai rancangan undang-undang yang akan memberikan tambahan dana senilai US$ 60 miliar (Rp 942 triliun) untuk Ukraina. Ini membuat Gedung Putih mencari cara agar bisa tetap membantu Kyiv.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Selasa (19/3/2024) akan akan memimpin pertemuan bulanan kelompok kontak pertahanan Ukraina (UDCG), yang dihadiri sekitar 50 sekutu pro Kyiv. Dalam forum itu, ia akan mencoba meyakinkan sekutu Eropa bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden masih berkomitmen untuk mendukung Ukraina.
Para pejabat mengatakan kurangnya dana yang tersedia sudah berdampak pada lapangan di Ukraina. Bahkan, baru-baru ini Kyiv harus kehilangan wilayah Avdiivka, yang jatuh ke tangan Rusia.
"Saya pikir sekutu kami sangat menyadari situasi pendanaan kami dan Ukraina lebih dari siapa pun karena kekurangan yang diakibatkan karena kami tidak mampu memasoknya," papar seorang pejabat senior pertahanan AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, kepada Reuters.
Pekan lalu, pemerintahan Biden mengatakan akan mengirim bantuan militer senilai US$ 300 juta (Rp 4,7 triliun) ke Ukraina. Namun Gedung Putih menambahkan bahwa ini dilakukan setelah penghematan kontrak militer yang dilakukan Pentagon.
Dukungan Eropa menjadi semakin penting karena Biden tidak bisa mendapatkan paket bantuan besar untuk Ukraina melalui Kongres, dan sebagian besar energi kebijakan luar negerinya terfokus pada perang di Gaza.
Para ahli memprediksi Austin akan menghadapi audiensi yang skeptis di dalam forum itu. Beberapa negara diprediksi akan mempertanyakan komitmen jangka panjang Washington terhadap Ukraina.
"Pesan dari komitmen keuangan, militer, dan ekonomi jangka panjang ini bertentangan dengan kenyataan yang terjadi di Capitol Hill," ujar peneliti senior di Pusat Eropa Dewan Atlantik di Washington, Rachel Rizzo.
Pada konferensi pers bersama di Berlin pada hari Jumat, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menegaskan kembali dukungan mereka untuk Ukraina, yang pasukannya yang kekurangan amunisi menghadapi pertempuran.
Meski begitu, para pejabat Amerika mengatakan bahwa kenyataannya tanpa Washington, dukungan Eropa terhadap Ukraina tidak akan cukup untuk melawan pasukan Rusia. Prediksi ini diperkuat dengan ucapan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang mengatakan Rusia sedang mempersiapkan serangan baru terhadap Ukraina di musim panas,
"Tidak ada cara bagi sekutu kami untuk benar-benar menggabungkan kekuatan untuk menutupi kurangnya dukungan AS," kata pejabat senior pertahanan AS.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penyebab AS Kehabisan Uang Bantu Ukraina Perang Lawan Rusia
