
"Resesi Seks" Buat Ketar-ketir Tetangga RI, Ekonomi Thailand Warning

Jakarta, CNBC Indonesia - Thailand kini dalam situasi mengkhawatirkan. Setidaknya ini terkait populasi, di mana angka kelahiran menurun drastis dan populasi tua meningkat.
Menteri Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia Varawut Silpa-archa bahkan memperingatkan dibutuhkannya kebijakan yang komprehensif untuk menyelesaikan masalah ini. Bila tidak, hal itu akan menjadi tantangan ekonomi dan sosial baru di negeri tersebut, akibat perubahan struktur populasi.
"Populasi yang menua akan menimbulkan risiko serius bagi angkatan kerja Thailand, menurunkan aktivitas ekonomi, keamanan manusia, serta kesejahteraan umum penduduk Thailand," kata Varawut berbicara pada sebuah seminar pekan lalu, dikutip Nation Thailand, Selasa (19/3/2024).
Ia menegaskan, jika masalah demografi ini terus berlanjut, maka pada tahun 2037 proporsi anak-anak di Thailand akan turun menjadi 14,3% dan populasi lansia akan meningkat menjadi 29,85%. Ia juga memperingatkan bahwa jika kondisi ini terjadi, populasi Thailand akan turun setengahnya menjadi hanya sekitar 32 juta orang dalam 60 tahun ke depan.
"Untuk menghindari tantangan-tantangan ini ... masyarakat Thailand harus memiliki lebih banyak anak guna meningkatkan jumlah populasi, dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas," tambahnya lagi.
Dikatakannya sebenarnya ada beberapa alasan warga Tahiland tak mau memiliki anak. Mulai dari ketidakpastian, perubahan pola kerja, dan pendapatan yang tidak konsisten.
"Generasi muda, tidak menginginkan anak karena segalanya, mulai dari perumahan dan transportasi hingga biaya hidup secara umum sangat mahal," katanya.
"Selain itu, tambahnya, kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19 juga berkontribusi pada keputusan untuk tetap melajang dan tidak mempunyai anak," tambahnya lagi.
"Pada akhirnya, ini bukan hanya soal membuat dua individu hidup bersama untuk menghasilkan bayi," tegasnya.
"Namun, ...untuk tidak memiliki anak tidak hanya berkontribusi pada penurunan populasi, tetapi juga mencegah negara tersebut melakukan transisi ke perekonomian berpendapatan tinggi. Dengan berkurangnya angkatan kerja, dunia usaha dan pasar akan menyusut, produktivitas akan menurun dan pada akhirnya, Thailand akan terjebak dalam perangkap negara berpendapatan menengah, dengan sedikit kemajuan sosial dan ekonomi."
Thailand sendiri akan meluncurkan buku putih untuk warganya agar mau berkeluarga. Buku putih ini juga akan ditampilkan pada sesi ke-57 Komisi Kependudukan dan Pembangunan PBB yang diselenggarakan pada tanggal 29 April hingga 3 Mei mendatang.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Parah! Resesi Seks Bikin Jumlah Murid SD Korea Rekor Terendah
