
Fantastis, Ini Segudang Manfaat Ekonomi dari Industri Kilang Migas RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga riset independen untuk bidang ekonomi energi dan pertambangan, Reforminer Institute menilai keberadaan industri kilang migas tercatat masih memberikan segudang manfaat ekonomi. Bahkan kilang migas telah menjadi motor awal pelaksanaan pembangunan di tanah air.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai sampai saat ini, industri kilang migas masih memiliki peran penting terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan data, industri kilang memiliki keterkaitan dengan sekitar 93 sektor ekonomi pendukung dan 183 sektor ekonomi pengguna.
Menurut dia, berdasarkan analisis model Input-Output (IO), industri kilang memiliki total nilai multiplier effect ekonomi dari keterkaitan dengan sektor pendukung dan penggunanya sebesar 9,1604.
"Artinya, jika terdapat tambahan investasi sebesar Rp 1 triliun pada industri kilang, total manfaat ekonomi yang berpotensi dapat tercipta dalam seluruh struktur perekonomian Indonesia adalah sekitar Rp 9,16 triliun," ujar Komaidi dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (18/3/2024).
Di samping itu, analisis model IO juga menemukan bahwa industri kilang migas memiliki keterkaitan dengan sebagian besar pembentukan produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Sektor pendukung industri kilang tercatat terkait dengan sekitar 67,48 % pembentukan PDB, sedangkan sektor pengguna industri kilang terkait dengan sekitar 99,71 % pembentukan PDB Indonesia.
Komaidi memaparkan berdasarkan data dan informasi, pelaksanaan hilirisasi migas yang akan dilaksanakan untuk tahun 2025-2040 ditargetkan akan mendatangkan total investasi sekitar Rp 1.053 triliun. "Terdistribusi atas Rp 314,71 triliun untuk hilirisasi minyak bumi dan Rp 771,70 triliun untuk hilirisasi gas bumi," tambahnya.
Ia menyebut hilirisasi migas yang akan dilaksanakan pada 2025-2040 diproyeksikan berpotensi memberikan dampak positif terhadap kinerja sektor moneter Indonesia dan stabilitas nilai tukar rupiah. Pelaksanaan hilirisasi migas diproyeksikan akan menghemat penggunaan devisa impor sekitar US$ 73,30 miliar atau setara dengan Rp 1.134 triliun.
"Hilirisasi dan prospek bisnis industri kilang migas diproyeksikan masih akan cukup baik dan besar. Hal itu terkait dengan kondisi bahwa saat ini sekitar 70% kebutuhan petrokimia dan 32% kebutuhan BBM Indonesia, masih harus dipenuhi dari impor," ujarnya.
Oleh sebab itu, terkait dengan manfaat ekonomi hilirisasi dan keberadaan industri kilang migas yang cukup besar tersebut, pemerintah perlu merumuskan dukungan kebijakan yang optimal untuk pengembangan industri kilang di Indonesia.
"Kebijakan pengembangan kilang pada negara-negara lain seperti melalui memberikan insentif investasi dan perpajakan, bahkan pemerintah dari sejumlah negara tercatat berperan sebagai pelaksana langsung dalam pembangunan kilang, kiranya dapat dipertimbangkan untuk diadopsi," tutupnya.
Sebagaimana diketahui, salah satu proyek kebanggaan Presiden RI Joko Widodo yakni proyek refinery development master plan (RDMP) Balikpapan sebentar lagi bakal beroperasi. Bahkan progres dari Kilang yang berada di Kalimantan Timur tersebut per Februari telah mencapai 82%.
Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Hermansyah Y. Nasroen mengatakan peningkatan kapasitas kilang dari yang sebelumnya 260 ribu barel per hari (bph) menjadi 360 ribu bph ditargetkan selesai pertengahan tahun ini.
Sementara, proyek ini diperkirakan akan tuntas secara keseluruhan dan beroperasi penuh pada 2025 mendatang. "Selesai 2025. Tapi in shaa Allah pertengahan tahun ini akan ada milestone besar, penambahan kapasitas dari 260 ribu bph menjadi 360 ribu bph," kata Hermansyah kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (18/3/2024).
Proyek RDMP Balikpapan ini sendiri merupakan proyek ekspansi dari kilang minyak Balikpapan yang sudah beroperasi saat ini. Bila RDMP Balikpapan tuntas, maka ini akan menjadi kilang minyak terbesar di Tanah Air. Pasalnya, kapasitas Kilang Balikpapan akan melampaui kapasitas Kilang Cilacap, kilang dengan kapasitas terbesar saat ini.
Saat ini Kilang Cilacap mengolah 345 ribu barel minyak per hari (bph). Sedangkan Kilang Balikpapan ini nantinya bisa mengolah minyak mentah sebesar 360 ribu bph, meningkat dari kapasitas Kilang Balikpapan saat ini sebesar 260 ribu bph.
Dari kapasitas olahan minyak mentah tersebut, kilang ini akan memproduksi 319 ribu barel Bahan Bakar Minyak (BBM) per hari, produk Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan juga petrokimia seperti propylene yang merupakan bahan baku plastik.
Selain meningkatkan kapasitas kilang minyak, proyek senilai US$ 7,2 miliar atau sekitar Rp 108 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$) ini juga akan meningkatkan kualitas BBM setara standar Euro 5.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hitungan Bulan, Kilang Balikpapan Jadi Kilang Minyak Terbesar RI
