Simak! Pengusaha Titip 5 Hal Ini Buat Capres Terpilih
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani buka-bukaan isi pesan khusus yang akan para pengusaha sampaikan tentang kondisi bisnis saat ini kepada calon presiden terpilih dalam Pilpres 2024.
Shinta mengatakan, telah melakukan survei terhadap 2.000 perusahaan tentang kebutuhan pengusaha dalam menopang roda bisnis pada 2025. Survei ini menurutnya rutin dilakukan setiap lima tahun untuk diserahkan ke presiden hasil pilpres.
"Saya mau share sedikit apa yang kami lakukan di Apindo, kebetulan Apindo tahun lalu telah menyelesaikan survei jadi kita setiap 5 tahun membuat satu roadmap perekonomian, ini kami serahkan selalu ke pemerintah mendatang," ucap Shinta dalam acara diskusi Leaders Forum di Jakarta, Kamis (14/3/2024).
"Karena kami melihat bahwa siapapun pemerintah yang akan datang musti tahu kondisi lapangan seperti apa," tegasnya.
Shinta mengatakan dari hasil survei itu didapati bahwa para pengusaha masih merasakan tekanan bisnis, mulai dari akibat kebijakan suku bunga acuan yang terus tinggi, hingga belum efektifnya kebijakan infrastruktur pemerintah dalam menopang efisiensi biaya.
"Hasil survei dari 2.000 perusahaan memang menarik sekali di survei ini jelas-jelas disebutkan bahwa memang kondisinya saat ini pelaku bisnis masih banyak mengalami penurunan," tutur Shinta.
Dari total 2.000 perusahaan yang disurvei, Shinta mengatakan, sekitar 72% responden mengatakan masih mengalami pertumbuhan penjualan yang lambat atau dengan pertumbuhan kurang dari 5%.
Kemudian, 42% responden mengalami tengah mengalami stagnasi penjualan, dan lebih dari 50% nya menyatakan kondisi nilai tukar dan suku bunga yang ada saat ini masih tidak kompetitif dan cenderung menjadi beban penjualan.
"Jadi maksudnya ini masih menjadi kendala terutama suku bunga pinjaman yang di Indonesia masih tinggi ini jadi faktor yang harus jadi perhatian ke depan," ungkap Shinta.
58% responden juga mengungkapkan masih menghadapi masalah karena inkonsistensi dan jeda yang tidak cukup dari implementasi sebuah regulasi, dan lebih dari 50% mengalami tantangan rendahnya keterampilan, tingkat pendidikan, kelangkaan talenta berkualitas, serta masalah Research and Development atau RnD.
"Juga kalau kita ngomong ESG yang jadi tren ke depan ini masih banyak pengusaha, 64% lebih yang enggak tahu aspek ini, tapi 68,8% menilai biaya transportasi dan logistik yang masih tinggi jadi tantangan utama infrastruktur," ucapnya.
Dari hasil survei itu, Apindo merangkumnya ke dalam lima fokus kebijakan yang harus dilakukan pemerintahan ke depan. Shinta mengatakan, lima fokus untuk diperbaiki demi menopang iklim bisnis dan ekonomi 2025 itu pertama ialah peningkatan kepastian hukum dan perbaikan kelembagaan, serta koordinasi antara Kementerian/Lembaga.
Kedua, pentingnya kebijakan fasilitas yang mendukung lompatan produktivitas usaha melalui adopsi teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia atau SDM. Ketiga adalah optimalisasi kebijakan industri perdagangan dan persaingan usaha yang sehat.
Adapun rekomendasi fokus kebijakan keempat ialah perlunya pemberian fasilitas adopsi ESG bagi para pelaku usaha dan insentif pengembang industri hijau. "Karena kalau kita ngomongin investasi masa depan jalurnya investasi hijau," ucap Shinta.
Terakhir atau yang kelima ialah pengadaan infrastruktur transisi energi dan sarana maupun prasarana digital.
"Jadi lima hal ini, lima topik utama yang kami juga sampaikan semoga ke depan inikan ada modal karena ini keberlanjutan dari yang saat ini dan kita mesti tahu hal-hal apa yang has not work yet, yang perlu ada perbaikan jadi ini mungkin salah satu kontribusi kami dari pelaku usaha," ucap Shinta.
(mij/mij)