Pemerintah Sebut Alasan Industri EV RI Ketinggalan dari Thailand

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekosistem kendaraan listrik menjadi salah satu sektor yang didorong oleh pemerintah, untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Meski demikian, perkembangan kendaraan listrik di tanah air sering disebut lebih lambat dan dibandingkan dengan Thailand.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto mengatakan Indonesia baru memulai ekosistem kendaraan listrik 1-2 tahun sebelum pandemi. Saat itu Hyundai telah berkomitmen berinvestasi di tanah air, dan dibutuhkan waktu tiga tahun hingga berproduksi.
"Jadi kita memang belum mulai EV, kalau dibandingkan tetangga misalnya Thailand, kita slow start," kata Septian dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 di Hotel Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Setelah dimulai, dia menegaskan banyak pabrikan kendaraan listrik yang investasi di Indonesia mulai dari Hyundai, Wuling, MG, Meta, hingga BYD. Mereka, menurut Septian, telah memiliki banyak portofolio di mobil listrik yang bisa menjadi opsi masyarakat.
Dengan banyaknya variasi APM yang masuk di ekosistem kendaraan listrik, maka harganya bisa lebih murah dan terjangkau bagi masyarakat.
"Waktu Ioniq harganya jomplang pasar terbesar harga Rp 400-450 juta, dengan Meta BYD, Wuling, ini untuk investasi lebih banyak," ujarnya.
Sementara untuk kendaraan roda dua, menurutnya masih harus terus didorong portofolio produksinya. Dengan begitu kualitas dan harga bisa lebih affordable.
"Tahun ini akan ada pabrik motor listrik yang akan cukup besar bangun di Karawang, kalau bagus ini kakan munculkan kompetisi pabrikan. Misal byd masuk maka akan atraktif dan lebih bagus," ujar Septian.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Bakal Bikin 'Blok Bidding' Pembangkit EBT Skala Raksasa
