
Jokowi Ingatkan TNI-Polri, Waspada Perang Teknologi Canggih

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan pemanfaatan teknologi dalam perang konvensional maupun perang siber akan semakin meningkat. TNI dan Polri harus paham dan berani menjajal teknologi.
Jokowi menilai pesawat tempur dan tank bagi TNI dan Polri penting, namun teknologi drone juga harus diperhatikan. Pasalnya, perkembangan teknologinya cukup signifikan.
"Pesawat tempur perlu? Iya. Tank perlu? Iya. Tapi hati-hati juga dengan drone. Saya ingat di tahun 2020 bulan Januari, ada penggunaan drone yang saya kaget karena begitu sangat presisi dan begitu sangat akurat mengejar siapa yang diinginkan," kata Jokowi.
Saat itu, menurut Jokowi, Mayor Jenderal Qasem Soleimani atau Ghasem Soleimani yang merupakan pengawal besar revolusi Iran, tertembak dari drone yang dipersenjatai.
"Akurat karena memakai face recognition. Akhirnya ketembak," ungkapnya. Jokowi pun mengaku kaget, drone tersebut masuk ke wilayah Irak, tetapi dikendalikan di Markas Amerika Serikat (AS) Qatar.
Jokowi menegaskan ini adalah hal-hal yang harus diikuti dan diamati, yakni bagaimana perkembangan teknologi itu bisa mengubah dari perang yang konvensional ke perang-perang yang bisa dikendalikan dari jarak jauh.
Jokowi juga mengingatkan IPTEK akan semakin dibutuhkan. Oleh karena itu, TNI dan Polri harus menjadi pembelajar yang aktif, pembelajar yang adaptif. TNI dan Polri juga harus mampu melakukan deteksi dini mengambil langkah antisipasi, serta memperkuat profesionalisme dan pelayanan terhadap masyarakat dan memperkuat nilai-nilai TNI dan Polri yang presisi serta kemanunggalan dengan rakyat.
"Sinergi TNI dan Polri sangat mutlak diperlukan. Sinergi horizontal antar kesatuan, sinergi vertikal dari atas sampai bawah, hilangkan yang namanya ego sektoral, hilangkan sekat dan pandangan-pandangan sempit, semuanya harus untuk bangsa dan negara," katanya.
Dia menegaskan TNI-Polri harus menjadi bagian penting untuk menyongsong Indonesia emas 2045 karena Indonesia berpeluang besar untuk menjadi negara maju dan keluar dari middle income trap.
"Momentumnya adalah 15 tahun ke depan, saat kita menikmati yang namanya bonus demografi. Dan biasanya dalam sebuah peradaban negara yang namanya bonus demografi, peluang seperti ini hanya muncul sekali," katanya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Ungkap Kacaunya Dunia: Bumi Panas, Perang, Banyak Negara Krisis