Aneh! Beras Premium Langka di Ritel Modern, di Pasar Becek Banjir

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Jumat, 16/02/2024 06:20 WIB
Foto: Pedagang beras curah di Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (15/2/2024). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah merek dari beras premium langka di ritel-ritel modern. Namun hal ini berbeda di pasar tradisional, beras premiuum dalam bentuk curah justru banjir.

Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis sore (15/2/2024), beras curah atau non kemasan baik jenis premium maupun medium terpantau tersedia di pasar tradisional. Bahkan, salah seorang pedagang beras bernama Damar menyebut pasokan beras tidak langka, hanya saja harga sudah melonjak tinggi jauh dari harga eceran tertinggi (HET).

"Harga dari sananya sudah mahal, kalau murah saya nggak bisa jual mahal. Tapi kalau langka mah engga, beras ada, cuma emang mahal. Ini kan bentukannya curah ya, karungan 50 kg, itu ada barangnya," kata Damar saat ditemui di lokasi.


Damar mengaku tidak tahu mengenai merek beras yang dijualnya, sebab saat ia membeli di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) karung berasnya sudah dalam bentuk polos, atau tidak bermerek.

"Nggak tahu mereknya apa, soalnya dari sana juga polosan aja, nggak ada mereknya. Saya mah asal barang bagus ya dibeli," ujarnya.

Foto: Rak Beras Kosong di Alfamidi Bekasi
Rak Beras Kosong di Alfamidi Bekasi

Adapun harga beras saat ini, ungkap Damar, untuk jenis medium sudah berada di Rp800.000 per karung, sehingga jika dijual per kg di angka Rp16.000. Sedangkan untuk jenis beras premium sudah di angka Rp900.000 atau Rp18.000 per kg.

Menanggapi isu kelangkaan beras premium kemasan yang terjadi di ritel, Damar menyebut itu tidak memberikan dampak signifikan terhadap penjualannya di pasar. Menurutnya, para konsumen masih belum beralih membeli beras ke pasar tradisional, meskipun beras di ritel tengah kosong.

"Nggak ngaruh, masih tetap begini-begini saja, yang beli masih dari langganan kita saja," ucapnya.

Sementara pedagang lainnya, Yusril menyebut kelangkaan beras premium kemasan di ritel memang membuat sejumlah konsumen beralih membeli beras di kios miliknya. Namun, itu tetap tidak memberikan keuntungan yang signifikan.

"Naik (penjualannya) mah ada yang datang, karena nggak bakalan ada di Indomaret atau Alfamart. Coba saja cari di sana pas beras lagi naik gini, nggak bakalan ada, kecuali lagi (harga) standar baru ada. Tapi nggak bisa dibilang untung juga, saya juga belinya udah mahal. Ada ruginya juga. Memang pada lari kesini, tapi kan nggak semuanya juga pada langsung beli beras, siapa tau dia punya stok atau gimana. Jadi ya nggak untung juga buat saya," ucap Yusril

Yusril menyebut kelangkaan beras di ritel terjadi karena harga beras saat ini yang tengah tinggi. Namun, menurutnya, meski demian pihak ritel tidak akan berani menaikan harga di atas HET, seperti halnya para pedagang beras di pasar tradisional.

"Kalau harga beras lagi naik itu mereka (ritel) nggak bakal bisa naikin harga di atas Rp68.000 (per kemasan 5 kg). Jadi kalau harga lagi tinggi kayak sekarang, ya nggak bakal masuk harga dia itu. Makanya, mereka biasanya kosong aja begitu. Jangan heran sekarang kalau beras di ritel nggak ada, karena memang harga naik. Kalau di kita beras tetap ada, tapi ya harganya juga naik tinggi, kayak modal beli kita juga sudah tinggi," jelasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengungkap penyebab sebenarnya di balik kelangkaan beras premium di ritel-ritel modern. Hal ini disebabkan banyak peritel yang memilih tidak memasok beras premium ke ritelnya, karena harga beras di produsen sudah tinggi.

"Ya kan kita nggak mungkin kalau beli mahal dijual murah. Nggak bisa masuk barang kalau kita beli mahal jual rugi, jadi ada beberapa peritel yang memilih nggak usah ada barang sekalian. Sebagian besar peritel itu tidak mau membeli beras sekarang, karena harga (di produsen) mahal," ungkap Roy kepada CNBC Indonesia, Senin (12/2/2024).


(wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Beras Premium Dihapus Karena Kasus Beras Oplosan, Solusi Tepat?