RI Perlu Belajar dari Mekong, Ekonomi Sungai Memutar Uang Triliunan
Jakarta, CNCB Indonesia - Komisi Sungai Mekong (The Mekong River Commission/ MRC) mengungkapkan potensi perikanan di sungai terpanjang ke-12 di dunia itu. Sungai itu mampu menghidupi setidaknya 3 juta KK di sekitarnya.
Komisi Sungai Mekong adalah organisasi yang bekerja sama dengan pemerintahan di negara anggotanya, yaitu Kamboja, Laos, Thailand, dan Vietnam.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Divisi Perencanaan MRC Theerawat Samphawamana dalam acara Indonesia Marine and Fisheries Business Forum 2024 yang digelar di Jakarta, Senin (5/2/2024). Sebagai informasi, MRC dibentuk berdasarkan kesepakatan tahun 1995, yang cikal bakalnya adalah Komite Mekong pada tahun 1957. Dan, menurut situs resmi Sekretariat ASEAN, Sungai Mekong mengalir dari dataran tinggi Tibet, ke China, melalui Myanmar, Laos, Thailand, dan Kamboja sebelum memasuki wilayah delta Vietnam.
"Bicara manfaat Sungai Mekong, di mana menyangkut 70 juta orang, tidak bisa dibandingkan dengan Indonesia. Tapi, karena kecil dan menyangkut ketahanan pangan, Sungai Mekong memiliki potensi tangkapan ikan sekitar 7 juta ton per tahun. Nilai pasarnya sekitar US$8 miliar, ada 70 juta orang atau 3 juta KK (yang terkena dampak Sungai Mekong)," katanya.
"Kita bicara hal-hal penting dalam ketahanan pangan. Salah satunya infrastruktur. Bagaimana pendekatan-pendekatan bisa dilakukan, mengajukan win-win solutions. Bagaimana agar negara-negara anggota bekerja sama, mengembangkan dan melaksanakan, menyelesaikan masalah perubahan iklim. Dan yang penting tetap pada prinsip berkelanjutan. Concern ke sana dan kami banyak lakukan studi," tambahnya.
Tak hanya itu, lanjut dia, strategi yang diterapkan adalah menumbuhkan pelaku-pelaku baru yang bisa mencipttakan rancanagan dan pasar baru.
MRC, lanjut dia, juga menjalin kerja sama dengan organisasi lain, termasuk FAO untuk mengembangkan dan mempromosikan pengembangan praktik budidaya perikanan terbaik. Yakni, mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tambah.
"Dalam hal ini bekerja sama dengan negara yang memiliki keahlian lebih banyak," ujarnya.
Theerawat Samphawamana menambahkan, praktik dan strategi itu bisa diimplementasikan di Indonesia. Dia pun mengajak Indonesia bisa melakukan pertukaran informasi untuk pengembangan pengelolaan perikanan yang lebih baik.
(dce/dce)