Marine and Fisheries Forum

Ambisi Menteri Trenggono, RI Rajai Rantai Pasok Udang-Lobster Dunia

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
05 February 2024 14:40
Menteri Perikanan dan kelautan RI, Sakti Wahyu Trenggono saat memberikan pemaparan dalam diskusi panel Indonesia Marine And Fisheries Business Forum 2024, di Fairmont Jakarta, pada Senin (5/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Menteri Perikanan dan kelautan RI, Sakti Wahyu Trenggono saat memberikan pemaparan dalam diskusi panel Indonesia Marine And Fisheries Business Forum 2024, di Fairmont Jakarta, pada Senin (5/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak hanya berfokus kepada perikanan tangkap melalui regulasi Penangkapan Ikan Terukur (PIT), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga akan menggenjot perikanan budidaya.

Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono menargetkan, dalam 5 tahun ke depan atau tepatnya di tahun 2029-2030 Indonesia sudah harus kuat di sektor budidaya perikanannya. Ia menekankan, dalam 5 tahun ke depan Indonesia harus sudah bisa menguasai beberapa rantai pasok global seperti udang, lobster, kepiting, rumput laut, dan tilapia.

"Untuk itu, kita sudah buat modeling-modeling ini, tentu nanti kemudian bisa ditiru para investor untuk lakukan di Indonesia," kata Trenggono dalam acara Indonesia Marine and Fisheries Business Forum 2024 di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (5/2/2024).

Trenggono memberikan contoh, di mana budidaya perikanan di Norwegia, Yunani, dan Turki sudah sangat kuat. Di mana untuk Norwegia, kuat dalam hal budidaya salmon, Yunani dengan budidaya kakap putih-nya, dan Turki dengan budidaya tuna.

"(Sedangkan) kalau di Indonesia, tangkapan tuna sudah mencapai 334 ribu ton per tahun, tapi belum bisa budidaya. Ini salah satunya kita undang Turki untuk berinvestasi di Indonesia, karena di Indonesia ada 3 jenis tuna, (yakni) tuna sirip biru, tuna sirip kuning, dan tuna mata besar," ujarnya.

Trenggono mengatakan pihaknya telah mengundang pemangku kepentingan terkait dari negara-negara tersebut untuk melakukan budidaya di Indonesia. Misalnya, penangkapan bayi tuna kemudian dibesarkan. Hal ini menjadi salah satu untuk menjaga keberlanjutan dari sektor kelautan dan perikanan, dan juga supaya populasi perikanan Indonesia tetap terjaga dengan baik.

"Ini harus bersama-sama, jika demikian.. nanti yang dibutuhkan pasar itulah yang diambil," lanjut dia.

Trenggono tak menampik ihwal budidaya perikanan Indonesia yang cukup tertinggal dari negara lainnya, seperti negara-negara di Eropa, Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia, dan lain sebagainya

"Mereka maju sekali dan kita masih gunakan cara tradisional. Ini yang kita genjot terus bahwa investasi di sektor budidaya sangat menarik kalau selalu berpikir land base, kita berpikir ke laut gitu," tutur Trenggono.

Lebih lanjut, Trenggono menyebut hampir 70% ekspor produk perikanan Indonesia lebih banyak ke AS, sementara ke negara-negara Eropa perikanan Indonesia masih belum bisa masuk. Namun, di tengah ekspor perikanan Indonesia yang belum masuk ke Eropa, Indonesia justru banyak mengimpor salmon dari Eropa.

"Kenapa belumnya? Karena kita belum memenuhi standar yang baik. Nah ini yang menjadi tantangan kita untuk kita buat modeling-modeling tersebut. Pemerintah harus hadir dulu lah," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menteri Trengggono: Investasi di Kelautan dan Perikanan Tak Cuma Ikan

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular