Mining Outlook 2024

Harga Batu Bara Bisa Ambles ke US$ 100/Ton? Ini Kata Bos Bayan

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Jumat, 02/02/2024 21:45 WIB
Foto: Direktur Bayan Resources, Alexander Ery Wibowo saat menyampaikan pemaparan dalam Mining Outlook 2024 di Jakarta, Jumat (2/2/2024). (Tangkapan Layar CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Bayan Resources Alexander Ery Wibowo optimistis harga batu bara tidak akan ambles ke bawah US$ 100 per ton pada tahun ini. Pasalnya, permintaan pasar ekspor terhadap komoditas batu bara masih akan tetap tinggi.

Selain itu, permintaan batu bara dari pasar domestik pada tahun ini juga diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan. Ditambah biaya produksi batu bara juga sudah terlanjur tinggi.

"Kalau kami melihat tidak ada tanda tanda ke bawah sampai 100 dolar. Karena patokannya demand-nya masih tinggi. Permintaan domestik pun meningkat sedangkan harga cost production yang sudah terlanjur tinggi jadi kami belum melihat ke arah itu," ujarnya.


Seperti diketahui, harga batu bara melanjutkan tren penurunan pada awal perdagangan Februari ini. Penurunan ini terjadi seiring dengan proyeksi kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan China.

Menurut data dari Refinitiv, pada perdagangan Kamis (01/02/2024), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Maret ditutup di angka US$ 117 per ton atau melemah 0,93%.

Tren penurunan sudah terlihat sepanjang Januari ini, terkoreksi 11,53%. Pelemahan kemarin juga memperpanjang tren negatif batu bara menjadi dua hari beruntun dengan pelemahan nyaris 3%.

Analis memperkirakan bahwa harga batu bara dunia akan mengalami penurunan pada 2024 akibat musim dingin yang tak kunjung mencapai level terendahnya, sehingga mengurangi kebutuhan pemanas dan terjadi kelebihan pasokan.

Kelebihan pasokan di pasar Cina turut menjadi penyebab penurunan harga batu bara. "Kami menurunkan perkiraan harga batu bara Newcastle untuk tahun 2024 dari rata-rata tahunan US$170 per ton (6.000kcal/kg) menjadi US$150," demikian pernyataan lembaga riset BMI, dari Fitch Solutions.

Permintaan yang lemah, terutama dari China, dan kelebihan pasokan membuat harga batu bara diprediksi akan terus menurun. Namun demikian, harga tetap lebih tinggi dibandingkan pra pandemi COVID-19.

Sementara para analis memperkirakan adanya penurunan harga batu bara pada 2024, risiko terkait harga tetap seimbang. Permintaan berisiko menurun akibat pemulihan ekonomi China yang lemah, musim dingin Belahan Bumi Utara yang ringan, dan penumpukan stok yang dapat membatasi penggunaan batu bara. Namun, risiko terhadap pasokan, seperti pola cuaca El Niño yang memengaruhi ekspor Indonesia, dapat menyebabkan kenaikan harga kembali.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gelombang Panas di Beijing, Pemerintah Keluarkan Peringatan