Dunia Lagi Kacau, Tabungan Orang Kaya RI Kena Getahnya

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
Jumat, 02/02/2024 06:55 WIB
Foto: Ilustrasi Orang Kaya/ Hunters Race via Unsplash

Jakarta, CNBC Indonesia - Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) periode November 2023 menunjukkan pertumbuhan tabungan orang kaya Indonesia melambat di akhir tahun 2023. Ekonomi dunia yang sedang penuh ketidakpastian diduga menjadi penyebabnya.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal mengatakan tabungan dengan nominal di atas Rp 5 miliar atau milik para orang kaya memang selalu berjalan seiring dengan kondisi ekspor-impor Indonesia. Menurut dia, ketika ekspor Indonesia naik, maka pertumbuhan tabungan kelas atas ini akan ikut juga terkerek.

Begitupun ketika kondisi ekspor Indonesia melemah, maka laju tabungan mereka juga ikut melambat. "Biasanya tabungan mereka mengikuti kinerja ekspor-impor kita," kata Faisal ketika dihubungi, Kamis (1/2/2024).


Faisal mencontohkan pada saat terjadi booming komoditas pada 2022. Ketika itu, kata dia, tabungan milik orang kaya tumbuh double digit. Sebaliknya, ketika booming komoditas berakhir pada 2023, pertumbuhan tabungan orang-orang kaya ini ikut melambat.

Dia menduga pelambatan ini terjadi karena banyak korporasi yang bisnisnya ikut terpengaruh dengan kondisi perekonomian global yang mempengaruhi kinerja perdagangan internasional Indonesia.

"Ini yang membuat simpanannya relatif menurun," kata dia.

Sebelumnya, LPS Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan, tabungan dana nasabah orang kaya atau yang senilai Rp 5 miliar mengalami penurunan. LPS mencatat pada akhir 2022 pertumbuhan tabungan Rp 5 miliar bisa mencapai 15%, namun saat ini hanya tumbuh di angka 3,51%.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menduga sebagian besar pemilik tabungan itu adalah korporasi. Dia menduga korporasi sedang menggunakan dananya untuk kebutuhan operasional.

"Dugaan kami ini korporasi. Kelihatannya. Kita juga takut apa ini tandanya mereka nggak punya duit," ungkapnya.

Menurutnya, korporasi saat ini cenderung mengutamakan penggunaan dana internal terlebih dahulu dibandingkan mengambil kredit perbankan. "Mereka beralih pakai uang sendiri untuk usahanya dibandingkan pinjam di bank apalagi dolar. Jadi pertumbuhan yang sekarang di 3,51% di bawah rata-rata semua. Tapi belum tentu menandakan hal yang negatif," lanjutnya.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai melambatnya pertumbuhan rekening orang kaya ini terjadi karena booming komoditas berakhir. Namun, dia juga melihat adanya pergeseran kebiasaan orang tajir RI menyimpan uangnya dengan membeli surat utang negara.

"Pemerintah di akhir tahun menerbitkan berbagai instrumen surat utang dan itu diserap oleh para deposan kakap," kata dia.

Bhima menilai tindakan orang kaya menggeser kekayaannya ke surat utang bukan tanpa sebab. Dia menilai hal itu dilakukan mengingat adanya kekhawatiran terhadap jalannya Pemilihan Presiden di Indonesia sehingga mencari instrumen investasi yang lebih aman.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 12 Kandidat Masuk Tahap Fit & Proper Test Seleksi DK LPS