Begini Bahayanya di Balik Tabungan Wong Cilik yang Melambung

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
02 February 2024 13:35
Aktifitas kegiatan penghuni Rusun Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (25/6). Sejumlah 10 blok penghuni Rusun Penjaringan di relokasikan ke Rusun Buaya karena rusun tersebut merupakan bangunan lama. Warga yang terkena revitalisasi ini sekitar 600 KK atau 4.160 warga, direlokasi ke Rusunawa Rawa Buaya. Proses relokasi dilakukan berthan hingga batas terakhir para penghuni rusunawa sampai 07 Juli 2019. Menurut warga sekitar pihak pemprov membebaskan masyarakat umum untuk menyewa rusun itu. Hal itu tertuang dalam Pergub No 55 tahun 2018 jo Pergub No 29 tahun 2019. Dalam aturan itu, masyarakat umum berpenghasilan Rp 2,5 - 4,5 juta perbulan nantinya akan dibebankan tarif Rp 765 ribu diluar tagihan listrik dan air. Sedangkan untuk masyarakat terprogram (relokasi) akan dibebankan tarif Rp 505 ribu diluar tagihan listrik dan air. Sebelumnya mereka menyewa di rusunawa ini seharga Rp 50.000. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Aktifitas kegiatan penghuni Rusun Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (25/6). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menunjukkan pertumbuhan tabungan dengan nilai di bawah Rp 1 juta mengalami peningkatan di akhir tahun 2023. Pengamat menilai ada bahaya di balik cepatnya pertumbuhan tabungan wong cilik ini.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan percepatan pertumbuhan tabungan kelas bawah RI ini salah satunya didorong oleh pemberian bantuan sosial (bansos) pemerintah yang masif di akhir tahun 2023. Dia menilai pemberian bansos dalam jumlah masif ini berkaitan dengan tahun politik 2024.

Bhima khawatir pemberian bansos yang jor-joran ini akan membuat masyarakat tingkat bawah terlena. Ketika tahun politik berakhir, mereka yang biasanya mendapatkan bansos akan kembali kesulitan memenuhi biaya hidupnya.

"Ini tahun politik bansosnya lagi banyak, apa yang akan terjadi pada 2025 atau setelah pemilu, pastinya anggaran bansos dipangkas untuk membiayai program presiden terpilih, mereka yang sudah terbiasa teriam bansos bisa kembali makan tabungan," kata Bhima dikutip Jumat (2/2/2024).

Sebelumnya, LPS mencatat tabungan dengan nilai di bawah Rp 1 juta tumbuh cepat di angka 5,7% secara year on year pada 2023. Pertumbuhan itu lebih cepat ketimbang di bulan November yang sebesar 2,17%. Pertumbuhan tersebut juga lebih besar ketimbang kelas tabungan di atasnya, seperti untuk tabungan Rp 1-5 juta tumbuh 4,6%; tabungan Rp 50-100 juta tumbuh 3,4%.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal menilai pertumbuhan tabungan kelas bawah tersebut sebenarnya masih dalam taraf normal. Dia mengatakan kondisi ekonomi domestik yang sedang stabil di kisaran 5%, membuat tabungan kelas bawah yang cenderung sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar domestik memiliki kecenderungan untuk naik.

"Ekonomi domestik sepanjang tumbuh masih 5% umumnya yang rekening di bawah Rp 100 juta akan terus positif, tapi kalau kita lihat peningkatannya sebenarnya tidak terlalu besar," kata dia.

Faisal mengatakan kendati mengalami kenaikan, sesungguhnya tabungan kelas di bawah Rp 100 juta ini sangat rentan terhadap krisis. Ketika kondisi ekonomi dalam negeri sedang tidak baik-baik saja, kata dia, maka pemilik tabungan kecil inilah yang paling terdampak.

"Begitulah biasanya yang di bawah Rp 100 juta, dia tidak akan naik tajam, tapi begitu ada krisis dia yang akan turun tajam seperti saat Covid," kata dia.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Waspada! Simpanan Orang Kaya Turun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular