Jalan Rusak & Cuaca Ekstrem Bikin Harga Beras-Cabai Meroket

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Kamis, 01/02/2024 16:30 WIB
Foto: Infografis/ Cuaca Ekstrem/ Edward Ricardo Sianturi

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi bahan pangan bergejolak atau volatile food menjadi biang kerok tekanan inflasi pada Januari 2024. Penyebabnya ialah kendala pada sisi pasokan atau supply yang terganggu oleh faktor cuaca ekstrem hingga jalur distribusi yang bermasalah.

Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, inflasi volatile food pada Januari 2024 mencapai 7,22% secara tahunan atau year on year, lebih tinggi dari inflasi umum sebesar 2,57%, inflasi inti 1,68%, dan inflasi harga yang diatur pemerintah atau administered price 1,74%.


"Tentunya inflasi Januari 2024 utamanya disebabkan oleh kenaikan harga di beberapa komoditas pangan, utamanya harga pangan bergejolak," kata Amalia saat konferensi pers di kantor pusat BPS, Jakarta, Kamis (1/2/2024).

Andil inflasi komponen harga bergejolak pun menjadi yang tertinggi terhadap tingkat inflasi umum Januari 2024, yakni mencapai 1,14% didorong oleh andil inflasi beras, bawang putih, tomat, cabai merah, dan daging ayam ras. Untuk andil inflasi inti 1,08%, dan inflasi administered price 0,35%.

Andil inflasi beras secara yoy sendiri mencapai 0,56%, bawang putih dan tomat masing-masing sebesar 0,12%, cabai merah 0,10%, dan daging ayam ras sebesar 0,08%.

"Salah satu pendorong kenaikan harga ini antara lain karena kurangnya pasokan di beberapa wilayah, terutama akibat dari faktor cuaca dan juga rusaknya beberapa akses jalan infrastruktur dan juga hambatan distribusi untuk beberapa komoditas pangan," tutur Amalia.

BPS pun memberikan catatan khusus untuk inflasi beras pada Januari 2024. Inflasi beras secara tahunan pada Januari 2024 mencapai 15,65%. Per Januari 2024, BPS mencatat rata-rata harga beras di penggilingan, Rp 13.157/kg, di tingkat grosir Rp 13.588/kg, dan di tingkat eceran Rp 14.380/kg.

Padahal, pada Desember 2023 harganya masih Rp 13.157/kg di penggilingan, Rp 13.458/kg di tingkat grosir, dan di eceran Rp 14.290/kg. Pada Januari 2023 bahkan masih di level Rp 10.979/kg di tingkat penggilingan, Rp 11.648/kg di tingkat grosir dan Rp 12.371/kg di tingkat eceran.

"Harga beras yang tinggi karena memang pertama kembali lagi ini dipengaruhi oleh supply yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan demand yang tinggi, di mana salah satu isu kenaikan harga beras adalah juga karena beberapa negara menahan ekspor berasnya, sehingga harga beras di pasar global juga mengalami kenaikan," ucap Amalia.

Amalia mengatakan, faktor utama terus naiknya harga beras pada Januari itu juga dipengaruhi oleh permasalahan panen beras yang relatif lebih rendah dikarenakan faktor cuaca El Nino yang berkepanjangan, sehingga produksi beras juga rendah.

"Tentunya seperti yang kami sampaikan sebelum-sebelumnya, untuk bulan Januari dan Februari BPS memperkirakan, bahwa produksi beras masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi atau terjadi defisit sesuai dengan angka yang kami peroleh dari kerangka sampel area padi," tutur Amalia


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Stok Beras 4 Juta Ton, Mentan Klaim RI Capai Kedaulatan Pangan