Rumput Bisa Jadi "Harta Karun" Pengganti BBM, Ini Buktinya
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah saat ini tengah menggencarkan produksi bioetanol dari molases tebu sebagai bahan baku campuran Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun demikian, bahan baku pembuatan bioetanol rupanya tidak hanya terbatas pada komoditas tebu.
Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman mengatakan bahwa produksi bioetanol mengatakan guna mengatasi persoalan bahan baku dan terbatasnya produksi, pengembangan bioetanol bisa diperluas dengan membangun hutan tanaman energi. Sehingga sumber bioetanol tidak hanya mengandalkan sumber tetesan tebu.
Menurut Saleh berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pertamina dan Toyota produksi bioetanol bisa berasal dari rumput gajah. Adapun berdasarkan studi tersebut, potensi rumput gajah yang dimiliki Indonesia cukup besar.
"Rumput gajah potensi kita besar sekali dan kita memiliki pulau-pulau terluar tanah-tanah kosong yang bisa kita jadikan untuk industri itu pulau-pulau yang banyak yang tak termanfaatkan ini bisa kita manfaatkan," kata Saleh dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, dikutip Rabu (31/1/2024).
Saleh pun optimistis di tahun 2030. Apabila pemerintah berkomitmen menggencarkan pembangunan hutan tanaman energi, maka ketahanan energi baik dari sisi kelistrikan untuk program co-firing PT PLN (Persero) maupun bahan bakar minyak (BBM) akan lebih terjamin.
"Apabila kita bisa mengembangkan bioetanol ini maka ketergantungan kita juga akan bahan bakar fosil jelas turun secara drastis, kita akan gunakan potensi domestik kita. Saya kira itu kenapa urgensinya kita diskusi bioetanol ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Saleh menyampaikan Indonesia saat ini mempunyai potensi pemanfaatan fasilitas pabrik fuel grade ethanol hingga 60 ribu kiloliter yang berasal dari 4 perusahaan. Hanya saja yang mampu diproduksikan baru mencapai 40 ribu KL.
Kondisi tersebut tentunya menjadi persoalan tersendiri bagi PT Pertamina (Persero). Pasalnya, perusahaan tidak bisa melakukan ekspansi secara total untuk pengembangan bioetanol sebagai campuran BBM karena keterbatasan bahan baku.
Oleh karena itu, opsi yang perlu dipikirkan dan menjadi bahan pertimbangan oleh badan usaha penugasan maupun swasta adalah melakukan impor bahan baku bioetanol.
(sef/sef)