Internasional

AS Ultimatum Turki, Ada Apa Biden-Erdogan?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Rabu, 31/01/2024 17:00 WIB
Foto: Foto kolase Presiden AS Joe Biden dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan. (Dok. AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pejabat Amerika Serikat (AS) mengeluarkan ultimatum kepada Turki. Mereka menuduh Ankara mengancam keamanan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Ini terkait pembelian platform pertahanan udara Rusia. Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Victoria Nuland mengatakan AS hanya akan mengizinkan Turki untuk kembali ke program jet tempur F-35, jika mereka setuju untuk membuang sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.


Dalam tayangan televisi, Nuland mengatakan Ankara dapat terlibat dalam proyek F-35 jika mereka menyelesaikan masalah itu. Perlu diketahui, Turki sebelumnya dikeluarkan dari program tersebut pada 2019 karena akuisisi S-400 dari Rusia.

"Jika kita bisa mengatasi masalah S-400 ini, dan Amerika akan dengan senang hati menyambut Turki dari 'keluarga' F-35," katanya, seperti dikutip RT, dimuat Rabu (31/1/2024).

"Jika kita bisa mengatasi masalah ini, maka masalah CAATSA akan hilang, dan kita bisa kembali membahas F-35," tambah Nuland, mengacu pada sanksi AS yang menargetkan industri senjata Turki.

Saat mengumumkan hukuman CAATSA pada tahun 2020, Washington mengatakan pihaknya telah memberi tahu Ankara bahwa pembelian S-400 akan "membahayakan keamanan teknologi dan personel militer AS". Karena ini memberikan dana besar untuk sektor pertahanan Rusia.

AS juga mengingatkan sekutunya akan "ketersediaan sistem alternatif yang dapat dioperasikan oleh NATO untuk memenuhi kebutuhan pertahanannya". AS, tegasnya,  mendesak Turki untuk "segera menyelesaikan masalah S-400".

Sementara itu, belum jelas apakah Turki akan menerima tawaran Nuland untuk meninggalkan sistem pertahanan udara Rusia. Dilansir di laman yang sama pejabat sebelumnya telah menolak gagasan tersebut.

Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan pembelian tersebut adalah kesepakatan yang sudah selesai. Kepala Industri Pertahanan Turki Haluk Gorgun kemudian menambahkan bahwa negaranya "membuat sistem pertahanan udara" sendiri, dengan mengatakan "kita tidak membutuhkan S-300 (atau) S-400".

Selain dikeluarkan dari program F-35, di mana Ankara memproduksi ratusan suku cadang pesawat, Gedung Putih juga menolak mengizinkan penjualan upgrade F-16 untuk angkatan udara Turki. Namun, para pejabat AS menyetujui kesepakatan untuk 79 peralatan modernisasi pada minggu lalu, meskipun masih harus dilihat apakah langkah tersebut berarti adanya perubahan yang lebih luas terhadap kebijakan AS terhadap sekutu NATO-nya.

"Periode 15 hari dimulai pada Jumat malam. Setelah 15 hari, masa pemberitahuan ini akan berakhir dan baru kita lanjutkan pelaksanaannya," lanjut Nuland.

"Sepengetahuan saya, modernisasi akan segera dimulai. Sejujurnya, saya tidak tahu pasti kapan jet baru ini akan siap, namun yang jelas adalah prioritas AS bagi Turki untuk mendapatkan jet ini sesegera mungkin," tambahnya.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sekjen Nato Yakin Anggotanya Bakal 'Legowo' Anggaran Baru Naik