Gencarkan Bioetanol, RI Bisa Belajar dari Thailand
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyebut Indonesia perlu belajar dari negara tetangga dalam menggenjot program pengembangan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan campuran Bahan Bakar Nabati (BBN) bioetanol. Salah satunya yakni Thailand yang saat ini mempunyai segudang insentif untuk program BBM ramah lingkungan itu.
Anggota Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Saleh Abdurrahman membeberkan, di Thailand sendiri program insentif untuk pengembangan bioetanol sebagai bahan baku campuran bensin tidak hanya diberikan untuk sektor hilirnya saja. Bahkan, SPBU dan industri otomotif tak luput dari penerima insentif.
"Di Thailand sekarang kita pelajari itu insentifnya tidak hanya di sektor hilirnya. Misalnya, SPBU yang bisa menjual E85 itu diberikan insentif, termasuk mereka memberikan insentif untuk kendaraan bermotor, jadi mobil-mobil yang produksi yang bisa menerima 100% bioetanol juga diberikan insentif," kata Saleh dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (30/01/2024).
Selain itu, insentif juga diberikan untuk impor bahan baku bioetanol. Meski demikian, Saleh menegaskan, ke depan Indonesia tidak boleh bergantung pada impor bahan baku.
"Ini sifatnya sementara, kita tidak boleh menggantungkan diri lagi pada impor kita tidak ingin pindah dari impor gasoline ke impor (bioetanol) tidak. Itu bukan tujuan kita tetapi untuk domestic market agar para pelaku usaha kita dalam memilih tertarik terhadap keseriusan pemerintah," kata dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai, dengan melihat ketersediaan bahan baku bioetanol yang masih terbatas, maka mau tidak mau harus dipenuhi dari impor. Meskipun, keputusan ini tentunya bukan pilihan utama.
"Kalau kondisi yang ada, data yang ada menunjukkan kebutuhan kita kalau dengan mandatori yang sesuai regulasi itu ambil 700.000 kl. Jadi sementara kan 40.000 kl, jadi 700.000 ke 40.000 jadi mungkin hanya sekitar 5% sampai 6% kemampuannya dan itu juga tingkat kontinuitasnya dipertanyakan," kata dia.
(wia)