Bahlil Akui Investor Asing 'Wait and See', Ini Buktinya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan realisasi investasi asing atau penanaman modal asing (PMA) mengalami perlambatan pada 2023. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat PMA tumbuh 13,7% menjadi Rp 744 triliun.
Kinerja investasi ini cukup baik di tengah kondisi dunia yang penuh ketidakpastian akibat perang dan fragmentasi global. Namun, pertumbuhan investasi asing pada akhir 2022 tercatat lebih tinggi, yakni 44,2% menjadi Rp 654,4 triliun.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengakui bahwa investasi asing langsung ke Tanah Air tidak lagi sebesar 2022. Hal ini karena adanya efek baseline. Pada 2021, investasi langsung mencapai Rp 900 triliun. Kemudian, investasi langsung lalu naik signifikan menjadi Rp 1. 200 triliun pada 2022. Kenaikan signifikan ini ikut mendorong pertumbuhan investasi asing. Faktor lainnya, lanjutnya, adalah efek tahun politik yang membuat investasi asing menurun.
"Kedua harus diakui bahwa tahun politik ini gak gampang. Tahun politik ini kita mulut kita meyakinkan orang minta ampun harus berbagai cara ga cukup dengan teori. Saya ini sales negara, marketing, merayu orang masuk itu gak gampang. Makanya tim saya pasti marah, kalau ada orang dalam negeri jual info ke luar negeri," ujarnya dalam Konferensi Pers Realisasi Investasi 2023, Rabu (24/1/2024).
"Jadi memang ada dua penyebabnya base line dan ada posisi wait and see. Saya harus akui itu," tegas Bahlil.
Meskipun pertumbuhan melambat, realisasi investasi asing pada tahun lalu tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan investasi dari dalam negeri yang hanya Rp 674,9 triliun.
Secara sektor, modal asing terbanyak masuk ke industri logam dasar, barang logam, bukan meskin dan peralatannya dengan realisasi mencapai US$11,8 miliar. Kemudian disusul transportasi, pergudangan dan telekomunikasi US$ 5,6 miliar pada urutan kedua dan industri kimia dan farmasi US$ 4,8 miliar pada posisi ketiga.
Keempat adalah pertambangan US$ 4,7 miliar dan terakhir, industri kertas dan percetakan US$ 3,4 miliar. Lebih lanjut, secara lokasi, Jawa Barat masih menjadi investasi favorit bagi asing dengan realisasi US$ 8,3 miliar, disusul Sulawesi Tengah US$ 7,2 miliar di posisi kedua.
Lebih lanjut, jika dilihat dari negara asal, investasi asing nomor satu masih datang dari Singapura sebesar US$ 15,4 miliar dan kedua, China dengan US$ 7,4 miliar. Lalu, investasi asing terbesar ketiga adalah Hong Kong US$ 6,5 miliar. Jepang dan Malaysia berada di posisi keempat dan kelima, masing-masing dengan nilai US$ 4,6 miliar dan US$ 4,1 miliar.
(haa/haa)