Pesan dari Chatib Basri, RI Harus Waspada Hadapi Ancaman Ini!

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
23 January 2024 07:50
Ekonom Senior, M. Chatib Basri dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 dengan tema
Foto: Ekonom Senior, M. Chatib Basri dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 dengan tema "Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional di Tengah Dinamika Global" di Hotel The St. Regis pada Jumat (22/12/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, M. Chatib Basri mengingatkan ketidakpastian global masih menghantui. Salah satunya adalah perlambatan ekonomi China.

Perlambatan di China ini akan mempengaruhi ekonomi kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kondisi ini bisa diperparah dengan penurunan harga komoditas global.

"Penurunan harga komoditas dan energi tampaknya akan berpengaruh pada ekspor kita. Oleh karena itu, tekanan terhadap ekonomi tetap terjadi," ungkap Chatib dalam video di Instagram @chatibbasri yang direkamnya dari WEF di Davos, Swiss, dikutip Selasa (23/1/2024).

Namun, Chatib mengatakan Indonesia dan Asia Tenggara tetap menjadi harapan dari perekonomian dunia dengan pertumbuhan yang lebih baik. Menelaah kondisi tersebut, Komisaris Utama PT Bank Mandiri Tbk. melihat ada secercah harapan.

"The Fed mungkin akan menurunkan tingkat bunganya 2-3 kali dalam paruh kedua di 2024," ujarnya.

Kendati Fed Fund Rate (FFR) turun, bank sentral AS tersebut akan melakukannya dengan hati-hati. Ini mengingat defisit fiskal AS yang masih terlalu besar. Selain China dan FFR, Chatib meningatkan kewaspadaan akan kondisi geopolitik AS dan China yang memiliki implikasi fragmentasi global.

Chatib menekankan Asia Tenggara dan Indonesia tetap menjadi harapan dunia, tetapi dia menegaskan kewaspadaan tetap diperlukan di tengah ketidakpastian ini.

Peringatan Chatib Basri sejalan dengan paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada akhir tahun lalu. Sri Mulyani mengingatkan perihal risiko dan ketidakpastian global meningkat. Tiga negara dengan perekonomian terbesar seperti Amerika Serikat, RRT, dan Eropa dihadapkan pada situasi yang sulit untuk mengendalikan atau mengelola ekonominya.

"Dunia memang sedang dalam dinamika yang luar biasa sangat volatile. Negara-negara besar seperti Amerika, RRT, dan Eropa itu sedang di dalam situasi untuk mengendalikan atau mengelola ekonominya secara tidak mudah. Dan itu dampaknya ke seluruh dunia, karena tiga daerah ini mempengaruhi dunia lebih dari 40%," ungkap Menkeu dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri, November lalu (6/11/2023).

Lebih lanjut Menkeu menjelaskan, adanya inflasi tinggi di AS menyebabkan negara tersebut menaikkan suku bunga secara ekstrim sebesar 5% dalam jangka waktu 14 bulan. Keadaan ini menyebabkan capital outflow dari seluruh negara.

"Ini menyebabkan kemudian seluruh dunia mengalami depresiasi dari mata uangnya. Pasti depresiasi itu mempengaruhi inflasi, namanya imported inflasi, inflasi yang berasal dari barang barang impor terkena dampak dari policy yang ada di AS," tandas Menkeu.

Di sisi lain, RRT sebagai negara penyumbang perekonomian kedua terbesar di dunia turut dalam kecenderungan ekonomi yang melemah. Kondisi ini juga mempengaruhi harga-harga komoditas di tanah air dengan permintaan terhadap komoditas menjadi menurun.

Sementara di Eropa terkena dampak tingginya harga minyak karena perang Ukraina-Rusia. Adanya perang antara Hamas dengan Israel berpotensi juga melebar ke wilayah Timur Tengah.

"Ini adalah gejolak dunia yang harus terus kita waspadai. Karena gejolaknya bertubi-tubi, maka perekonomian dunia juga berpengaruh menjadi lebih lemah karena setiap kali mau pulih sesudah covid, kemudian mengalami gejolak entah itu karena perang, entah karena kemudian harga komoditas," tegas Menkeu.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Indonesia Banjir Pujian dari Dunia, Ini Faktanya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular