Gambaran Ekonomi RI di Akhir 2023, Awas Efek China!

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
28 November 2023 13:50
Orang-orang melewati bendera nasional China di sepanjang gang menjelang Kongres Partai Komunis ke-20, di Beijing, China, Selasa (11/10/2022). Partai Komunis China (PKC) bakal menyelenggarakan kongres lima tahunan mereka yang ke-20 pada 16 Oktober mendatang. (Photo by JADE GAO/AFP via Getty Images)
Foto: Orang-orang melewati bendera nasional China di sepanjang gang menjelang Kongres Partai Komunis ke-20, di Beijing, China, Selasa (11/10/2022). Partai Komunis China (PKC) bakal menyelenggarakan kongres lima tahunan mereka yang ke-20 pada 16 Oktober mendatang. (Photo by JADE GAO/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir 2023 akan tetap stabil dan kuat. Bahkan, produk domestik bruto (PDB) diperkirakan masih tumbuh di atas 5% pada tahun ini.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2023 akan tetap baik seiring dengan keyakinan konsumen akan ekspektasi penghasilan dan pertumbuhan manufaktur.

"Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan dalam kisaran 4,5%-5,3%," papar Perry dalam konferensi pers, Hasil RDG BI, Selasa (27/11/2023).

Menurutnya, BI meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan tetap tumbuh didorong oleh tetap baiknya keyakinan konsumen dengan adanya Pemilu dan pembangunan PSN.

Selain itu, Perry menilai inflasi pada akhir tahun juga akan tetap terjaga. Pasalnya, Perry meyakini permintaan masih berada di bawah kapasitas ekonomi.

"Tingkat pertumbuhan permintaan masih di bawah kapasitas nasional sehingga tidak terlalu ganggu pencapaian inflasi," papar Perry.

Dari pernyataan ini, artinya perekonomian Indonesia masih berada di bawah kapasitas pertumbuhannya. Daya beli masyarakat memang membaik setelah dihantam Covid-19.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2023 akan mencapai 5,04%. Pertumbuhan ini bisa dicapai dengan penguatan konsumsi rumah tangga melalui paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah di akhir tahun.

Sri Mulyani berharap keseluruhan tahun 2023, ekonomi Indonesia tetap terjaga di atas 5%, yakni 5,04%. Adapun, paket yang disiapkan pemerintah a.l. PPN ditanggung pemerintah (DTP) hingga tambahan bansos beras dan BLT.

"Kita harap perekonomian kita tetap akan terjaga di 5,04% karena kalau tidak dengan kuartal III di 4,94% dan kuartal IV tidak diberikan dukungan, bisa saja pertumbuhan ekonomi bisa turun ke 4,99% (2023)," papar Sri Mulyani dalam konferensi pers PDB kuartal III, dikutip Selasa (28/11/2023).

Lebih lanjut, Sri Mulyani meyakini paket PPN DTP untuk rumah Rp 2 miliar - Rp 5 miliar yang akan berlanjut hingga Juni 2024 akan menopang ekonomi Indonesia tahun depan.

"Kita berharap akan bisa menambah dukungan terhadap pertumuhan ekonomi sebesar 0,16% sehingga pertumbuhan ekonomi full year tahun depan kita harapkan terjaga di atas 5%, yaitu 5,24%," papar Sri Mulyani.

Ancaman dari China

Namun, pertumbuhan ini tetap dihadapkan oleh tantangan besar. Salah satu tantangannya adalah China. Dana Moneter Internasional (IMF) beberapa waktu lalu menaikkan perkiraan pertumbuhan Tiongkok menjadi 5,4% untuk tahun 2023, sambil memperingatkan bahwa kesulitan di sektor real estat masih ada.

IMF mengutip pertumbuhan kuartal ketiga yang lebih baik dari perkiraan dan pengumuman kebijakan Beijing baru-baru ini. Namun, IMF masih memperkirakan pertumbuhan akan melambat tahun depan menjadi 4,6% di tengah berlanjutnya pelemahan pasar properti dan lemahnya permintaan eksternal.

"Terkait real estat, tekanannya masih ada," kata Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF, Gita Gopinath, kepada CNBC dalam sebuah wawancara eksklusif (7/11/2023).

"Masih banyak tekanan di pasar. Masih ada kelemahan di pasar," katanya. "Ini tidak akan selesai dengan cepat. Diperlukan lebih banyak waktu untuk beralih kembali ke ukuran yang lebih berkelanjutan."

Sebagai catatan, real estat dan sektor terkait menyumbang lebih dari seperempat perekonomian Tiongkok. Kondisi China ini berpotensi mempengaruhi ekonomi Indonesia.

Ekonom dan mantan Menteri Keuangan di Era Jokowi M. Chatib Basri menegaskan bahwa pasar barang negara yang sangat berpengaruh pada perdagangan Indonesia dan negara ASEAN adalah China. Pelemahan permintaan impor China yang melambat akan membuat permintaan ekspor dari Indonesia juga melambat.

"Satu persen perlambatan ekonomi di China, itu memiliki dampak perkiraannya sebesar 0,3 persen," kata dia dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2024, dikutip Selasa (28/11/2023).

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengingatkan bahwa efek perlambatan di China berpotensi menekan kinerja perdagangan Indonesia.

Taufid mengungkapkan default yang dialami sektor properti memicu pertumbuhan ekonomi China berada di bawah 5% atau diperkirakan sekitar 4,9% pada tahun ini. Efek penurunan ini, akan membuat warga China mengerem impornya, termasuk impor dari Indonesia.

"China ini berdampak besar terhadap Indonesia, pertumbuhan ekonomi China yang turun bisa mempengaruhi ekonomi Indonesia," tegasnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor-Impor RI Turun, Ekonomi Auto Melambat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular