Bos Bapanas Bawa Kabar Bahagia ke Perajin Tahu-Tempe, Simak!

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
09 January 2024 16:10
Suarso (68) menyelesaikan pembuatan tempe di kawasan Jakarta, Rabu (15/12/2021). Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan, ketersediaan kedelai untuk bahan baku tempe dan tahu dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan Natal 2021 dan tahun baru 2022. Bahkan, Kemendag memperkirakan pasokan kedelai akan terjaga sampai kuartal I 2022.“Pasokan kedelai dari negara eksportir cukup baik. Saat ini negara produsen tengah memasuki masa panen, sehingga kami optimis pasokan kedelai akan cukup hingga kuartal pertama 2022,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Oke Nurwan dikutip dari website resmi Kementerian Perdagangan.
Namun, ia tak merinci berapa jumlah pasokan kedelai yang tersedia saat ini. Ia hanya menyatakan dengan kecukupan pasokan itu, pihaknya memperkirakan harga kedelai stabil.
Sementara itu berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada akhir November 2021 di sekitar USD12,17 per bushels atau setara USD446 per ton, turun dibanding awal Juni 2021 yang tercatat sebesar US$15,42 per bushel setara US$566 per ton.
Foto: Ilustrasi Kedelai (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) RI Arief Prasetyo Adi membawa kabar gembira untuk para perajin tahu-tempe karena sebentar lagi harga kedelai diprediksi akan turun.

"Bentar lagi (harga kedelai) turun. Kemarin (harga naik) kan karena ada late shipment (keterlambatan pengapalan). Tapi ini sudah mulai datang di akhir tahun (2023) sama di Januari (2024) ini semua datang," kata Arief kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/1/2024).

Ditambah, lanjut Arief, harga kedelai di luar negeri juga sudah menunjukkan penurunan. Saat ini harganya sudah mulai di bawah Rp10.000 per kg.

"Kedelai di luar negeri juga harganya sudah mulai di bawah Rp10.000 (per kg). Artinya, habis ini harga kedelai akan lebih baik lagi," ujarnya.

Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). Kenaikan biaya bahan baku utama itu dilaporkan jadi penyebab berhentinya produksi sejumlah industri rumahan tempe dan tahu (CNBC Indonesia/ Muhammad SabkiFoto: Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki
Perajin membuat tempe di industri rumahan skala kecil di Jalan Wahid, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, (15/2/2022). Kenaikan biaya bahan baku utama itu dilaporkan jadi penyebab berhentinya produksi sejumlah industri rumahan tempe dan tahu (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki

Adapun alasan terjadinya keterlambatan pengapalan atau late shipment, kata Arief, disebabkan oleh operasi pelayaran saat ini terganggu oleh kebutuhan untuk menghindari Terusan Suez karena risiko serangan di Laut Merah, dan pembatasan di Terusan Panama setelah terjadi kekeringan.

"Jadi dia ini bukan karena apa-apa, tapi karena Terusan Suez, Terusan Panama itu kemarin pendangkalan, sehingga menyebabkan late shipment," jelasnya.

Lebih lanjut, dengan tegas Arief menampik isu penimbunan kedelai di gudang-gudang milik para importir yang menyebabkan kedelai jadi langka di pasaran.

"Boro-boro ngumpetin. Mana ada.. Kalau kayak kita begini mana mungkin nahan-nahan, mendingan jadi duit lah, daripada nahan, ngapain? Ini murni karena ada late shipment," ucapnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kedelai Langka, Begini Kabar Terbaru dari Bos Badan Pangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular