RI Bersiap Dilanda 'Kiamat' Tahu-Tempe, Tanda-Tandanya Ini

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
03 January 2024 16:25
Pedagang tempe melayani pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Lonjakan harga kedelai global berdampal bagi industri tempe dan tahu di dalam negeri, yang didominasi skala rumah tangga.(CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Pedagang tempe melayani pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (15/2/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengrajin tahu-tempe mengungkapkan bahwa stok kedelai di pasaran kini sulit ditemukan, alhasil banyak pengrajin yang kini berhenti berproduksi, jumlahnya bahkan sekitar 50 ribu pengrajin. Jika ditotal dengan para pekerja maka total bisa mencapai 10x lipatnya.

Situasi itu membuat ketersediaan tahu-tempe terancam hilang di pasaran. Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin memperkirakan bahwa keterbatasan bahan baku kedelai sudah berlangsung sekitar dua bulan terakhir.

"Mulai langka akhir November, Desember makin hilang, bahkan tidak ada di provinsi, beberapa kabupaten, sehingga dari 150 ribu lebih pengrajin, kira-kira 20-30% bisa 50.000 pengrajin grounded karena gak ada kedelainya, dan itu bisa setengah juta orang nganggur," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (3/1/2024).

Berkaca dari pengalaman di beberapa tahun sebelumnya bahwa harga kedelai naik di momen Natal dan Tahun Baru (Nataru), maka masalah di tahun ini terasa berbeda, yakni terhambatnya stok kedelai. Aip bahkan mengungkapkan bahwa selama rezim Presiden Joko Widodo, baru kali ini stok bahan baku kedelai terasa sangat langka.

Pedagang tempe melayani pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Lonjakan harga kedelai global berdampal bagi industri tempe dan tahu di dalam negeri, yang didominasi skala rumah tangga.(CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)Foto: Pedagang tempe melayani pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (15/2/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Pedagang tempe melayani pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Lonjakan harga kedelai global berdampal bagi industri tempe dan tahu di dalam negeri, yang didominasi skala rumah tangga.(CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

"Dari dulu beberapa tahun setiap akhir tahun selalu demo mogok karena harga naik, bicara kelangkaan kedelai 10 tahun lebih baru kali ini langka. Tahun lalu kedelai ngga langka tapi naiknya gila-gilaan, sekarang naiknya gak gila-gilaan tapi gak ada, langka. Ini pertama kali barangnya langka," ujarnya.

Kalaupun barangnya ada, saat ini pengrajin membeli bahan baku kedelai sekitar Rp 13 ribu/kg. Memang lebih tinggi dari waktu normalnya di kisaran Rp 9-10 ribu/kg, namun harganya tidak setinggi Nataru 2022/2023 serta Agustus 2023 lalu yang sempat mencapai puncaknya di kisaran Rp 15 ribu/Kg. Sayangnya, sebaran kelangkaan kedelai tersebar di banyak tempat.

"Jangankan di Jawa, DKI aja susah dia dapat, Banten, Yogya, Jateng, Jabar banyak teriak-teriak. Belum Kalimantan, Makassar, Aceh dan lain-lain," ungkapnya.

Namun di sisi importir mengklaim bahwa pada bulan November dan Desember sebanyak 60.000 ton kedelai sudah datang dengan menggunakan kapal curah, sementara 75.000 ton lainnya datang menggunakan kontainer. Kedelai impor ini pun langsung didistribusikan ke seluruh Indonesia.

"Kedatangan pasokan kedelai ke Indonesia dengan menggunakan kapal curah, adalah 72 kmt pada tanggal 30 Desember 2023, dilanjutkan 110 kmt selama bulan Januari 2024," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), Hidayatullah Suralaga.


(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Ancaman 'Kiamat' Tahu-Tempe di RI, Ini Biang Keroknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular