Penjelasan Bos Bapanas RI Krisis Kedelai & Ancaman 'Kiamat' Tahu-Tempe

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
05 January 2024 19:45
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, (Dok. Humas Bapanas)
Foto: Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, (Dok. Humas Bapanas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi buka suara merespons keluhan para pengrajin tahu dan tempe soal kedelai impor yang semakin langka yang mengancam persediaan tahu-tempe di pasaran. Menurutnya, hal itu terjadi akibat gangguan pengapalan (shipment) yang terlambat.

"Kan sudah mulai masuk akhir Desember ini sama Januari ya. Jadi shipment nya itu tertunda," kata Arief kepada CNBC Indonesia, Jumat (5/1/2024).

Arief menampik soal isu kelangkaan kedelai di pasaran. Menurutnya, saat ini kedelai masih tersedia, hanya saja terkendala karena shipment yang terlambat.

"Di pasar bukan tidak ada kedelai, ada. Tapi karena keterlambatan shipment ya jadi begini, tapi ada, buktinya tempe dan tahu masih ada kan," tuturnya.

Arief juga mengatakan bahwa tidak ada masalah antara importasi kedelai dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Hal ini murni karena shipment yang terlambat. "Importasi ini gak ada masalah di Kemendag, ini murni shipment-nya yang telat dari sananya," kata Arief.

Namun demikian, Arief tidak bisa merinci penyebab terjadinya keterlambatan shipment pada importasi kedelai. Karena, menurutnya, ada banyak sekali faktor dan itu sudah berada di ranah business to business di pihak swasta.

Suarso (68) menyelesaikan pembuatan tempe di kawasan Jakarta, Rabu (15/12/2021). Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan, ketersediaan kedelai untuk bahan baku tempe dan tahu dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan Natal 2021 dan tahun baru 2022. Bahkan, Kemendag memperkirakan pasokan kedelai akan terjaga sampai kuartal I 2022.“Pasokan kedelai dari negara eksportir cukup baik. Saat ini negara produsen tengah memasuki masa panen, sehingga kami optimis pasokan kedelai akan cukup hingga kuartal pertama 2022,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Oke Nurwan dikutip dari website resmi Kementerian Perdagangan.Namun, ia tak merinci berapa jumlah pasokan kedelai yang tersedia saat ini. Ia hanya menyatakan dengan kecukupan pasokan itu, pihaknya memperkirakan harga kedelai stabil.Sementara itu berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada akhir November 2021 di sekitar USD12,17 per bushels atau setara USD446 per ton, turun dibanding awal Juni 2021 yang tercatat sebesar US$15,42 per bushel setara US$566 per ton.Foto: Ilustrasi Kedelai (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Suarso (68) menyelesaikan pembuatan tempe di kawasan Jakarta, Rabu (15/12/2021). Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan, ketersediaan kedelai untuk bahan baku tempe dan tahu dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan Natal 2021 dan tahun baru 2022. Bahkan, Kemendag memperkirakan pasokan kedelai akan terjaga sampai kuartal I 2022.“Pasokan kedelai dari negara eksportir cukup baik. Saat ini negara produsen tengah memasuki masa panen, sehingga kami optimis pasokan kedelai akan cukup hingga kuartal pertama 2022,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Oke Nurwan dikutip dari website resmi Kementerian Perdagangan.Namun, ia tak merinci berapa jumlah pasokan kedelai yang tersedia saat ini. Ia hanya menyatakan dengan kecukupan pasokan itu, pihaknya memperkirakan harga kedelai stabil.Sementara itu berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada akhir November 2021 di sekitar USD12,17 per bushels atau setara USD446 per ton, turun dibanding awal Juni 2021 yang tercatat sebesar US$15,42 per bushel setara US$566 per ton."Diperkirakan harga tempe saat ini harusnya bisa ditahan di kisaran Rp10.129 per kg, atau lebih murah dibanding pertengahan Juni yang Rp17 ribu per kg" jelasnya.Sementara untuk tahu, Oke memperkirakan harga bisa mencapai Rp605 per potong, turun dibanding sebelumnya yang Rp700. Agar harga itu bisa tercapai, pihaknya meminta kerja sama dari pelaku usaha. Menurut Suarso "harga kedelai terus menigkat semenjak pandemi covid-19, jelang nataru 2022 pasokan kedelai memang aman tetapi harganya terus meningkat" jelasnya. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

"Ya mungkin kondisi di country origin, banyak banget faktor. Saya kan nggak ngurusin sampai ke detail shipment-nya, detail yang kayak gitu kan di private-nya. Karena ini kan murni bisnis kalau private," jelas dia.

Oleh karena itu kedepannya, lanjut Arief, pihaknya telah meminta kepada Perum Bulog untuk memasukkan kedelai menjadi salah satu cadangan pangan pemerintah.

"Ini kan private sector (swasta) semua kan yang mengimpor, kemudian importasinya itu karena harga fluktuatif mereka 2 bulanan biasanya. Jadi untuk stok 2 bulan," ujarnya.

"Kalau misalnya mau diatur ya bisa juga kayak jaman dulu, semuanya lewatin Bulog. Jaman dulu itu kan terigu lewat Bulog, kedelai lewat Bulog. Jaman dulu banget. Tapi, ini kan untuk kedelai pemerintah, bulog maksudnya BUMN kan tidak diregulasi seperti beras. Kalau beras itu kan, beras CBP itu Bulog, itu kan statement nya jelas, kalau kedelai kan gak, importasi ini dilepas gitu ya," imbuh Arief.

Sementara untuk mekanisme apabila importasi kedelai melalui Bulog, kata Arief, tidak akan sama dengan proses impor beras. Untuk kedelai nantinya mekanisme impor di Bulog melalui sistem komersial, bukan cadangan pangan pemerintah.

"Kalau daging kerbau bisa komersial, seharusnya kedelai juga bisa dong komersial. Kalau beras memang untuk cadangan pangan. Kita tugasin (Bulog) impor kedelai bekerja dengan itu (mekanisme impor daging kerbau)," ucapnya.

Lebih lanjut, Arief membeberkan bahwa kebutuhan akan kedelai setiap tahunnya ialah sekitar 2,5-2,8 juta ton.

"Kedelai itu kan setahun sekitar 2,5 sampai 2,8 juta ton yang diimpor itu," pungkasnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Bersiap Dilanda 'Kiamat' Tahu-Tempe, Tanda-Tandanya Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular