Produksi Minyak RI Ambles Terus, 2024 Gimana? Menteri ESDM: Berat!
Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi minyak bumi siap jual atau lifting minyak Indonesia hingga Desember 2023 tercatat hanya mencapai 607 ribu barel per hari (bph). Realisasi tersebut masih jauh dari target yang telah ditetapkan di APBN yakni sebesar 660 ribu bph.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui, untuk mengejar target lifting minyak di tahun ini kondisinya cukup menantang. Adapun lifting minyak pada 2024 dipatok sebesar 635 ribu bph. "Kalau minyak memang agak berat," kata Arifin ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (5/1/2024).
Meski demikian, menurut Arifin patut disyukuri di tengah menurunnya produksi minyak nasional, baru-baru ini juga banyak temuan baru berupa gas bumi di beberapa wilayah Indonesia. Salah satunya seperti penemuan cadangan gas di Wilayah Kerja North Ganal, Kalimantan Timur oleh Eni sebesar 5 TCF.
"Kemudian yang dulu Timpan ngebor lagi, yang baru lagi di Layaran-1 baru dapat lagi Minggu lalu ada 6 TCF lebih. Kita kan punya target 12 BSCFD 2030, itu dengan Masela, sumur Geng North (North Ganal), sumur Timpan-1 (Andaman II), sama Layaran-1 (South Andaman) itu baru itung-itung 11,1, masih 0,9 lagi. Nah kita harus siapin infrastrukturnya," ujarnya.
Sementara untuk minyak sendiri, saat ini Kementerian ESDM tengah mengupayakan pencarian cadangan minyak di sumur migas non konvensional (MNK) Blok Rokan. Dia berharap pengeboran dua sumur eksplorasi MNK ini dapat membuahkan hasil.
"Minyak kan kita sekarang lagi mengupayakan di Rokan, bulan Juni mudah-mudahan hasil kajiannya ada kesimpulan. Sekarang rig-nya udah pindah ke sumur kedua, itu harapan kita," katanya.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan produksi minyak mentah di dalam negeri saat ini kondisinya masih cukup menantang. Hal tersebut menyusul dengan tren penurunan produksi yang masih berlangsung dari tahun ke tahun.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan meskipun belum mencapai target, namun ia bersyukur penurunan produksi secara alamiah atau natural decline di tahun 2023 dapat diperkecil. Terutama dari yang sebelumnya sekitar 6-7% kini menjadi 1,2%.
"Kalau minyak masih challenging tapi alhamdulilah 2023 ini kan decline kita ya cuma 1,2% dari sebelumnya 6-7% artinya membaik," ujar Nanang ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Selasa (2/1/2024).
Nanang pun berharap dengan beroperasinya proyek migas yang dioperatori oleh Medco di lapangan Forel-Bronang pada tahun depan bisa menghasilkan tambahan produksi minyak sebesar 10 ribu barel per hari (BPH). Proyek ini diharapkan dapat onstream pada pertengahan tahun 2024.
"Harapannya nambah 10 ribu kita bisa bertahan di 610-615 ribu BPH, atau bahkan naik lagi memang ada juga peluang dari lapangan Hidayah namun Hidayah paling cepat kemungkinan 2025. Harapannya juga dari kondensat kita nambah ya kalau misal Tangguh Train 3 full capacity itu kondesatnya bisa sampai 3000 bph JTB juga sama 4500 bph itu lumayan," tutup Nanang.
(pgr/pgr)