
Lifting Migas RI Belum Capai Target, Ini Biang Keroknya

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi produksi migas siap jual (lifting) pada kuartal IV 2023 masih di bawah target. Hal tersebut terjadi lantaran adanya gangguan di fasilitas produksi beberapa lapangan migas.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan gangguan produksi migas di beberapa lapangan yang dioperatori Pertamina telah berdampak pada capaian lifting kuartal IV tahun ini.
Diantaranya seperti yang terjadi pada kebocoran pipa di fasilitas produksi Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) dan Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES).
"Kuartal 3 kami mengalami musibah bocornya pipa-pipa khususnya di OSES dan di ONWJ. Kebocoran-kebocoran dari aging facility dan kemudian juga terbakarnya kabel power sehingga kami harus me-reroute mode off electricity production di OSES dari tadinya menggunakan kabel menjadi gas," kata Dwi dalam RDP bersama Komisi VII DPR RI, Kamis (30/11/2023).
Menurut Dwi, pengalihan suplai gas ke OSES tersebut pun akhirnya berdampak pada capaian lifting kuartal IV. Mengingat cukup banyak produksi dari kuartal 3 yang diambil guna memenuhi kebutuhan gas untuk suplai ke PHE OSES. "Ini cukup besar mengambil produksi di kuartal 3 2023 yang lalu, sekarang sudah selesai, kita akan recovery terus, sudah dirapatkan dengan pak Menteri," kata Dwi.
Berdasarkan data SKK Migas, lifting minyak hingga Oktober 2023 baru mencapai 604,3 ribu barel per hari (bph) atau 91,6% dari target APBN sebesar 660 ribu bph. Adapun hingga Desember 2023, lifting minyak diprediksi hanya mencapai 606,3 ribu bph atau 91,9% dari target APBN.
Sementara, untuk salur gas realisasi hingga Oktober 2023 baru mencapai 5.353 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 86,9% dari target APBN sebesar 6.160 MMSCFD. Adapun hingga Desember 2023, salur gas diprediksi akan mencapai 5.400 MMSCFD atau 87,7% dari target APBN.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan terdapat fasilitas produksi migas berupa pipa yang sudah berumur puluhan tahun. Kondisi tersebut tentunya sudah tidak layak untuk digunakan.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan fasilitas pipa yang berumur 30-40 tahun beberapa diantaranya berada di wilayah operasi anak usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Misalnya, seperti di Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) dan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
"Misalkan di OSES dan ONWJ itu 30-40 tahun, dan kita sudah tekankan, kita sudah beri paksaan kepada Pertamina untuk mengganti. Nggak ada cara lain," kata Tutuka dalam acara Penghargaan Keselamatan Migas tahun 2023, Selasa (3/10/2023).
Menurut Tutuka usia pipa yang sudah cukup tua belakangan ini telah berdampak pada penurunan produksi siap jual (lifting) migas setiap tahunnya. Selain itu, kondisi tersebut juga berpengaruh pada kinerja keselamatan migas.
"Nah itu kan performance dari manajemen pada waktu itu kan, produksi turun. Ya karena nggak diganti-ganti. Kita melihat itu kok sudah banyak decline-nya, sudah tua. Harus diganti," ujarnya.
Adapun, Pertamina saat ini sudah mulai merencanakan untuk mengganti sejumlah pipa tersebut. Karena itu, saat ini terdapat penurunan lifting di PHE OSES lantaran adanya kegiatan penggantian pipa tersebut.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Minyak RI Ambles Lagi, Ini Saran Ahli