Economic Outlook 2024

Begini Prospek Ekonomi RI Melaju di Tengah Suramnya Global

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Rabu, 20/12/2023 18:00 WIB
Foto: Infografis/ Pertumbuhan Ekonomi/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah suramnya proyeksi ekonomi global pada 2024, berbagai kalangan sebetulnya telah lebih dahulu melihat ekonomi Indonesia akan terus bergerak stabil. Asian Development Bank (ADB) misalnya yang mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap di level 5% hingga 2024, meskipun negara-negara tetangga mereka revisi ke bawah proyeksi pertumbuhannya.

Dalam dokumen Asian Development Outlook (ADO) December 2023, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan Asia Tenggara hanya akan di level 4,7% pada 2024, sedikit turun dari proyeksi September 2023 yang perkiraannya 4,8%. Sedangkan Indonesia tetap di level 5%.


Terjaganya laju pertumbuhan itu menurut ADB terutama karena konsumsi masyarakat yang masih kuat ditopang oleh inflasi yang terjaga rendah, hingga belanja untuk kebutuhan pemilu oleh pemerintah dan partai politik.

"Investasi tetap juga akan terus meningkat seiring dengan percepatan proyek-proyek infrastruktur dalam Program Strategis Nasional dan Ibu Kota Baru untuk memenuhi target "tahun politik"," kata ADB dikutip Rabu (20/12/2023).

Lembaga Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) juga memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh stabil di angka 5% pada 2023 dan 2024. Sementara itu, Bank Dunia atau World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024-2026 sebesar 4,9%, sedikit turun dari proyeksi 2023 sebesar 5%.

"Konsumsi swasta diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada tahun 2024. Investasi bisnis maupun belanja publik juga diperkirakan akan meningkat sebagai dampak dari reformasi dan proyek-proyek baru pemerintah," kata Bank Dunia.

Khusus untuk inflasi, ADB, IMF, dan World Bank sama-sama meyakini pada tahun ini hingga tahun depan masih akan terus terkendali karena harga-harga yang cenderung stabil. ADB memperkirakan inflasi Indonesia 2024 sebesar 3%, turun dari 2023 sebesar 3,6%, IMF sebesar 2,5% dari tahun ini 3,6%, dan World Bank 3,2% dari tahun ini 3,7%.

Pemerintah Indonesia sendiri optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 sebesar 5,2%, sebagaimana ditetapkan dalam asumsi makro APBN 2024. Sementara itu, untuk inflasi ditargetkan mampu di bawah 3%, yakni hanya sebesar 2,8% untuk menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas harga.

"Jadi untuk pertumbuhan 2024, Kementerian Keuangan itu masih melihat potensi kita tumbuh di sekitar 5,2%. Kunci dari Indonesia kalau mau tumbuh di angka 5,2% itu adalah dikonsumsi. Konsumsi kita harus bisa di atas 5%," kata Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara dalam Program Power Lunch CNBC TV Indonesia.

Bank Indonesia pun telah memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi pada 2024 mencapai 4,7% -5,5% dari yang pada 2023 diperkirakan sebesar 4,5%-5,3%. Pertumbuhan ini BI yakini akan terus meningkat hingga 4,8% - 5,6% pada 2025. Adapun inflasi BI tetapkan targetnya tahun depan di level 1,5% sampai dengan 3,5%.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakini, laju pertumbuhan ekonomi yang stabil dan terjaganya inflasi tahun depan disebabkan oleh konsumsi dan investasi masyarakat yang masih terus bergeliat. Didukung oleh kenaikan gaji ASN, Pemilu, hingga pemindahan ibu kota dari DKI Jakarta ke Ibu Kota Nusantara atau IKN.

"Dan untuk inflasi terkendali dan sasaran luas pada 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan 2025 dan kuatnya gerakan nasional inflasi pangan GNPIP, diikuti nilai tukar rupiah akan lebih stabil," tegas Perry.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga masih optimistis, kinerja ekonomi 2024 masih akan tumbuh positif meski tak mengungkap perkiraan besaran. Perkiraan ini ditopang oleh pengaruh kebijakan moneter bank sentra AS atau The Fed yang tidak akan setinggi tahun ini karena mengindikasikan pelonggaran, dan permintaan barang-barang Ekspor ke China juga masih akan kuat tercermin dari skor purchasing manager index (PMI) China yang masih di atas 50 hingga kini.

"Atas dasar itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 mendatang diperkirakan tetap tumbuh positif," ungkap Kepala Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan (PR EMK) BRIN, Zamroni dalam acara Simposium Praktisi dan Periset Ekonomi (PARETO) 2023.

Selain kabar positif yang datang dari tren inflasi AS dan PMI Manufaktur Tiongkok, lanjut Zamroni, kinerja positif perekonomian Indonesia pada 2024 mendatang juga bersumber dari dukungan kebijakan fiskal pemerintah pusat yang tetap ekspansif melalui defisit fiskal sebesar 2,3 persen terhadap PDB.

Faktor penting lainnya adalah pelaksanaan Pemilu 2024. Pengalaman pada Pemilu 2014 dan 2019 yang lalu menunjukkan bahwa tingkat konsumsi rumah tangga (RT) dan lembaga non-profit rumah tangga (LNPRT) mulai meningkat 6 bulan sebelum pemilu berlangsung, dan mencapai puncaknya pada saat pelaksanaan pemilu. Pelaksanaan pemilu ia perkirakan mendongkrak tingkat konsumsi RT dan LNPRT selama 9 bulan.

"Menariknya, Pemilu 2024 mendatang berpotensi memiliki dampak yang lebih besar dari tahun pemilu sebelumnya, akibat penyelenggaraan pesta demokrasi secara bersamaan," kata Zamroni.

Dari kalangan ekonom di luar pemerintahan, seperti Institute for Development of Economics and Finance atau INDEF cenderung memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 malah akan berada di bawah 5%, tepatnya hanya sebesar 4,8%.

Kondisi ini disebabkan faktor tekanan daya beli masyarakat bawah, moderatnya laju pertumbuhan kredit ke sektor riil, serta berakhirnya windfall harga komoditas mentah global menjadi bagian dari gambaran kinerja ekonomi 2024 mendatang. Di samping itu, stimulasi akselerasi dari sisi fiskal juga masih tidak akan maksimal mengingat pola penyerapan anggaran yang selalu menumpuk di akhir kuartal IV.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun pemilu adalah 4,8 persen. Sisi kebijakan fiskal penting peranannya dalam mendorong perekonomian. Defisit pemerintah perlu dioptimalkan untuk mendorong perekonomian. Mudah-mudahan belanja pemerintah tidak lagi menumpuk di akhir tahun," ucap Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto dalam acara Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2024.

Sementara itu, ekonom senior yang juga mantan menteri keuangan Chatib Basri mengungkapkan Indonesia akan menghadapi risiko berskala kecil dan menengah pada tahun depan.

Mulai dari tantangan transisi politik akibat Pilpres 2024, pelemahan ekonomi China, potensi resesi dan tingginya suku bunga acuan Amerika Serikat dan Eropa, hingga rambatan permasalahan sektor keuangan, maupun tingginya harga komoditas pangan dan energi akibat konflik Ukraina-Rusia dan Israel-Palestina. "Jadi kalau kita lihat tantangannya di situ," kata Chatib dalam acara BTPN Economic Outlook 2024

Untuk risiko pertama ialah risiko politik, yang ia kategorikan ke dalam risiko rendah. Dipicu oleh efek transaksi pemerintahan yang pada saat setiap Pilpres dari tahun ke tahunnya setiap lima tahun sekali menimbulkan ketidakpastian bagi para pelaku ekonomi. "Kalau ada ketidakpastian itu lebih muncul dari orang itu akan menunggu figur-figur yang nanti akan ada di pemerintahan, apalah itu kabinet atau eselon I di birokrasi, dan selalu itu selalu adjustment di pemerintahan baru," ujarnya.

Risiko kedua yang rendah terkait perlambatan ekonomi China, Chatib menjelaskan, ini karena China sebagai salah satu negara mitra dagang terbesar Indonesia, bahkan di ASEAN, sehingga sangat mempengaruhi kinerja atau permintaan ekspor. Dia pun memperkirakan, setiap perlambatan ekonomi China melemah atau turun sebesar 1%, maka akan memberikan dampak perlambatan hingga 0,3% terhadap perekonomian Indonesia.

"Jadi, kalau misalnya ekonomi China melambat dari 5,2% ke 4,5%, turunnya sekitar 0,7%, mungkin dampaknya ekonomi Indonesia akan melambat tidak sampai 0,3%. Kurang dari 0,3%, tapi ada dampak pada perlambatan ekonomi Indonesia," tuturnya.

Risiko rendah ketiga, menurutnya ialah potensi resesi dan kebijakan suku bunga higher for longer suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat dan Eropa. Dampaknya ialah pengetatan likuiditas di pasar keuangan global. Dia menjelaskan, masih melihat ada potensi kenaikan suku bunga the Fed pada akhir tahun sebesar 25 basis poin. Meskipun, masih ada sinyal the Fed akan menghentikan sementara kenaikan suku bunga acuan pada paruh kedua 2024.

"Kita tentu berharap bahwa pada tahun depan, 2024, setelah paruh pertama, jadi mulai pada paruh kedua, ada ruang bagi the Fed untuk mulai menurunkan tingkat bunga. Tapi ini sangat tergantung kepada perkembangan yang terjadi di sana," ucap Chatib.

Sementara itu, risiko keempat yang tergolong rendah, tetapi bisa menjadi peluang dalam jangka menengah atau hingga 5 tahun ke depan yaitu masih berlanjutnya perang dagang AS dan China. Kondisi itu membuat ekspor dari China tidak akan bisa mudah masuk ke pasar AS sehingga beberapa investor sudah mulai melakukan relokasi investasi dari China ke negara-negara lain untuk memitigasi tensi perang dagang yang berlanjut itu.

"Dan ini sebetulnya sebuah kesempatan bagi negara-negara di Asia Tenggara. Investasi mulai berpindah ke Vietnam yang menerima manfaat cukup banyak, begitu juga Malaysia, dan Singapura. Dalam konteks ini, Indonesia juga punya kesempatan," kata dia.

Selanjutnya, untuk kategori risiko menengah, yang menjadi risiko kelima yaitu dampak rambatan keuangan atau financial spillover di AS ke dalam negeri, serta risiko meningkatnya harga energi dan komoditas dipicu oleh memanasnya tensi geopolitik, akibat konflik di Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel yang menjadi risiko keenam. "Dari perang di Ukraina, kemudian apa yg terjadi antara Hamas dengan Israel, dan juga mengenai ketegangan geopolitik antara Amerika dengan Cina yang tentu ini memiliki dampak kepada ekonomi dunia," ucapnya.

Outlook Perekonomian Indonesia 2024 akan menjadi agenda besar pemerintah pada akhir tahun 2023. Acara itu digelar oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk menavigasi arah ekonomi tanah air tahun depan di tengah tekanan ekonomi global.

Acara yang akan dihadiri Presiden Joko Widodo dan jajaran menteri ekonominya hingga para pakar dan ahli ekonomi itu akan membahas proyeksi ekonomi global dan domestik tahun depan, strategi kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, hingga sinergi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan untuk menjaga ketahanan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: APBN Mei 2025 Defisit Rp 21T, Menkeu Klaim Masih Kecil