Energi Terbarukan RI Masih Lesu, Ini Data Terkini

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
20 December 2023 13:55
PLTP Small Scale Dieng besutan PT SMI.
Foto: Dok: PT SMI

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Tanah Air kini baru sebesar 12,2%.

Artinya, ini masih lebih rendah dari target bauran EBT sebesar 23% pada 2025 dan 34% pada 2030 mendatang.

Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengatakan, saat ini Indonesia memiliki potensi besar EBT yang bisa dimanfaatkan yakni mencapai 3.600 Giga Watt (GW).

Potensi tersebut menurutnya bisa dimanfaatkan untuk mengejar target bauran EBT dan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dalam negeri.

"Indonesia memiliki sumber daya EBT, potensi lebih 3.600 GW yang dapat digunakan untuk menjaga pasokan energi, modal transisi energi dan mengurangi emisi GRK. Namun saat ini pemanfaatannya baru mencapai 17,3 GW atau 12,2% dalam realisasi bauran EBT," paparnya dalam pembukaan acara Indonesia Mineral and Energy Conference 2023 di Jakarta, dikutip Rabu (20/12/2023).

Selain itu, dia mengatakan pada tahun 2024 mendatang, Indonesia membutuhkan pembangkit EBT hingga 13,6 GW untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan di dalam negeri.

"Seperti PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) atap, mandatori B35, implementasi co-firing PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)," tambahnya.

Di sisi lain, Irwandy mengakui memang saat ini masih terdapat banyak kontrak pembangkit listrik berbasis batu bara sedang berjalan, sehingga pemanfaatan listrik dari batu bara masih akan meningkat dan mencapai kondisi puncaknya pada 2030.

Sementara rencana penggunaan batu bara direncanakan akan berkurang secara bertahap hingga 2060.

"Pada tahun 2060, Indonesia tidak lagi menggunakan pembangkit listrik tenaga batu bara dan untuk mendukung rencana ini beberapa program pendanaan dicanangkan untuk mendukung rencana ini" beber Irwandy.

Hal itu dilakukan dengan merealisasikan kebijakan pajak karbon (carbon tax), perdagangan karbon (carbon trading), program Just Energy Transition Partnership (JETP), serta Energy Transition Mechanism (ETM).

Irwandy mengatakan, secara keseluruhan rencana ini membutuhkan investasi sebesar US$ 1,1 triliun atau sekitar US$ 28,5 miliar per tahun hingga 2060.

Selain upaya-upaya percepatan di atas, peningkatan nilai tambah mineral juga merupakan salah satu langkah penting dalam mendukung transisi energi di Indonesia, antara lain digunakan sebagai bahan baku pembangkit solar, angin dan nuklir, kabel distribusi, serta baterai kendaraan listrik dan pembangkit EBT.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Kiamat' Batu Bara RI Masih Lama, Ini Tandanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular