Economic Outlook 2024

Tantangan Ekonomi 2024 Tak Mudah, Semua Negara Harus Bersiap!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
20 December 2023 15:50
Ramalan Orang Dalam: Bisnis Ini Bakal Moncer di Tahun Politik
Foto: Infografis/ Ramalan Orang Dalam: Bisnis Ini Bakal Moncer di Tahun Politik/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi global diperkirakan masih penuh ketidakpastian pada 2024 mendatang. Semua negara kini mulai bersiap karena dianggap tekanan yang akan dihadapi juga tidak lebih mudah dibandingkan dengan saat ini.

IMF misalnya, dalam outlook per Oktober 2023 telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 hanya mampu sebesar 2,9%, turun dari proyeksi untuk 2023 sebesar 3%. Proyeksi itu pun telah turun dari kondisi 2022 sebesar 3,5%. World Bank memperkirakan 2024 hanya tumbuh 2,4% sedikit naik dari 2023 yang pertumbuhannya hanya 2,1%.

Pemerintah dan Komisi XI DPR RI pun sempat sepakat merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2024 sebagai asumsi dasar ekonomi makro dalam pembahasan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2024 karena tekanan ekonomi global diperkirakan makin memburuk tahun depan.

Mulanya, dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2024 pertumbuhan ekonomi dipatok sebesar 5,3%-5,7%, namun kini menjadi di rentang 5,1%-5,7% setelah disepakati oleh Pemerintah dan Komisi XI DPR. Lalu, dalam rancangan akhir APBN 2024, asumsi makro untuk pertumbuhan ekonomi menjadi 5,2%.

"Jadi dalam hal ini range batas bawah menurun itu menurut saya merefleksikan risiko yang meningkat dan dari asessment lembaga internasional menggambarkan bahwa perekonomian melemah di semester II tahun ini dan berlanjut di 2024," kata Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, dikutip Rabu (20/12/2023).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu juga menganggap bahwa tekanan ekonomi global masih akan terjadi pada tahun depan, dipicu oleh terus berlanjut dan makin memburuknya tensi geopolitik di berbagai wilayah, seperti perang bersenjata di Ukraina dan Rusia, hingga konflik Israel dan Palestina.

"Dengan adanya perkembangan-perkembangan terakhir, geopolitik, lalu apa yang terjadi dengan Ukraina dan sekarang kita lihat geopolitik di middle east, ini tentu tidak akan lebih mudah dibanding sebelumnya," kata Febrio dalam acara BTPN Economic Outlook 2024.

Selain peperangan dan tensi geopolitik, risiko yang memperlemah ekonomi global pada tahun depan menurut Kementerian Keuangan ialah inflasi dunia yang masih akan bertahan tinggi menjadi di level 5,8% dari yang biasanya di kisaran 2% ke bawah, pelemahan ekonomi China yang tumbuh di bawah 5%, volatilitas harga komoditas, shock akibat perubahan iklim, hingga risiko utang tinggi di berbagai negara.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo juga menyatakan, ketidakpastian ekonomi global masih sangat tinggi tahun depan, dicirikan dengan lima karakteristik, yaitu pelemahan ekonomi global yang potensi tumbuhnya hanya 2,8%, munculnya fenomena gradual disinflation atau inflasi yang turun secara lambat, masih tingginya suku bunga acuan negara maju khususnya AS, atau higher for longer, dolar AS masih akan terus menguat, dan terakhir aliran modal asing masih akan keluar dari pasar negara berkembang ke negara maju.

"Akibatnya prospek ekonomi global akan meredup pada 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada 2025. Ketidakpastian masih tinggi dengan lima karakteristik tadi," tegas Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023.

Beberapa kalangan ekonom pun juga menyiratkan hal yang sama. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memaparkan secara umum, beberapa risiko global yang akan berpotensi mempengaruhi kinerja perekonomian global antara lain kebijakan moneter yang masih cenderung ketat dan kondisi kredit perbankan yang mengetat di tengah tingkat inflasi yang masih relatif tinggi terutama di negara-negara maju.

"Kebijakan moneter yang masih cenderung ketat dapat mendorong perlambatan laju pertumbuhan ekonomi global yang selanjutnya juga akan mempengaruhi perekonomian negara berkembang," ucap Josua.

INDEF melihat tahun ini tantangan ekonomi global memang cukup berat, terutama dipicu dari sisi moneter seiring inflasi yg relatif tinggi di negara-negara maju, bank sentralnya berusaha mengatasi dengan kenaikan bunga.

"Implikasinya sektor riil akan lesu, ekonomi tumbuh melambat," ungkap Eko Listiyanto, Deputi Direktur Indef.

Di luar itu, beberapa faktor tidak mendukung percepatan recovery global, seperti geopolitik yang terus memanas, tekanan utang global meningkat akibat pelebaran utang saat Covid kemarin, serta perubahan iklim yang menekan produksi pangan.

"Jadi wajar kalo proyeksi ekonomi tahun 2023 masih suram, bahkan 2024 juga belum kembali seperti 2022," tegas Eko.

Pemerintah akan menggelar acara Outlook Perekonomian Indonesia 2024 akhir pekan ini, Jumat (22/12/2023). Agenda penghujung tahun itu digelar oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan dihadiri Presiden Joko Widodo beserta jajaran menteri ekonominya. Para pakar dan ahli di bidang ekonomi pun turut dihadirkan.

Ada banyak hal yang akan dibahas dalam acara tersebut, mulai dari proyeksi ekonomi global dan domestik tahun depan, strategi kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, hingga sinergi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan untuk menjaga ketahanan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global.

Khusus untuk ekonomi global sendiri, banyak pihak memandang prospeknya memang masih akan suram. Berbagai lembaga internasional pun menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan ketimbang tahun ini yang juga sudah diperkirakan lemah dibanding kondisi pada 2022 lalu.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS & China Ribut! RI & Tetangga Bakal Terima 'Durian Runtuh'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular