Internasional

Kasus Covid Naik Tajam, Tak Cuma Singapura-Malaysia Juga

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
06 December 2023 16:40
PUTRAJAYA, MALAYSIA - OCTOBER 13: Detail view of Malaysian flag in Perdana Putra, the office complex of the Prime Minister of in Putrajaya in the background prior to the 26th Le Tour de Langkawi 2022, Stage 3 a 124.2km stage from Putrajaya to Genting Highlands 1649m / #PETRONASLTdL2020 / on October 13, 2022 in Putrajaya, Malaysia. (Photo by Tim de Waele/Getty Images)
Foto: Covid-19 Malaysia (Photo by Tim de Waele/Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak hanya Singapura, kenaikan tajam kasus Covid-19 juga terjadi di tetangga RI lain Malaysia. Data Kementerian Kesehatan awal pekan ini menunjukan tren demikian.

Ada kenaikan 57,3% kasus Covid-19 selama sepekan lalu menjadi 3.626 kasus. Padahal minggu sebelumnya kasus tercatat 2.305.

Mengutip Free Malaysia Today Rabu (6/12/2023), Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Malaysia Radzi Abu Hassan mengatakan ada delapan klaster aktif yang melibatkan total 121 kasus. Sementara penerimaan rumah sakit meningkat sebesar 2,9%.

"Kasus mingguan yang terdeteksi telah melampaui 1.000 setiap minggunya sejak pekan ke-41 hingga pekan ke-47, dengan tingkat peningkatan antara 7,1% hingga 57,3%," jelasnya lagi dimuat media Malaysia lain, The Star Malaysia.

"Mayoritas adalah klaster yang melibatkan sektor pendidikan," kata Radzi dalam keterangannya.

Meskipun demikian, ia mengatakan situasinya terkendali. Di mana fasilitas kesehatan umum tidak mengalami kendala.

Sementara itu, menurut pengamat setempat, ahli virologi Universitas Malaya Sazaly Abu Bakar sebenarnya kasus Covid-19 kemungkinan lebih tinggi. Namun hal ini tidak terdeteksi karena masyarakat melakukan tes mandiri dan tidak melaporkan jika hasil tes mereka positif.

"Kasus Covid-19 Malaysia saat ini sebenarnya bisa mencapai 5.000 hingga 10.000 per minggu," tambahnya.

Mantan Wakil Menteri Kesehatan Malaysia Lee Boon Chye mengatakan Putrajaya harus mewaspadai situasi Covid-19, terutama memantau munculnya varian baru. Meski begitu, tegasnya pemerintah tidak perlu menerapkan tindakan pencegahan untuk saat ini.

"Pemerintah juga harus memantau setiap peningkatan jumlah pasien masuk dan kematian akibat Covid," katanya.

"Tapi dengan 98% kasus yang dilaporkan hanya mengalami gejala ringan ... tidak perlu menerapkan tindakan pencegahan untuk saat ini," jelasnya.

Ia menyinyalir Covid-19 kini sudah menjadi penyakit musiman lainnya seperti flu, dan akan menjadi "fenomena yang berkelanjutan". Individu yang berisiko tinggi, ujarnya, harus mengambil tindakan pencegahannya sendiri dengan memakai masker dan mempraktikkan kebersihan yang baik.

"Jumlah kasus akan berfluktuasi, sementara peningkatan dapat menyebabkan kekebalan komunal, yang pada akhirnya akan menurunkan angka lagi," tuturnya.

Sebelumnya Singapura juga mengalami kenaikan kasus Covid-19 dari periode 19-25 November. Lonjakan Covid-19 naik dua kali lipat menjadi 22.094.

Menurut Kementerian Kesehatan Singapura (MOH), musim liburan dan turunnya imunitas masyarakat memicu lonjakan angka Covid-19 di Singapura. Mayoritas kasus Covid-19 saat ini dibawa oleh subvarian Omicron EG.5 dan KH.3, berkontribusi terhadap lebih dari 70% kasus yang ditemukan.

Dilansir dari Health, Selasa para dokter kebanyakan melihat gejala umum pada penderita Covid-19 subvarian Omicron EG.5 yang disebut juga 'Eris'. Misalnya sakit tenggerokan, batuk, sesak, dan hidung berlendir.

"Sementara itu, gejala yang sebelumnya melekat pada Covid-19 seperti kehilangan penciuman dan pengecapan, tak terlalu ditemukan di subvarian terbaru," tambah laporan itu.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid-19 Malaysia & Singapura Meledak, RI Diimbau Hati-hati!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular