Internasional

Presiden COP28: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tak Masuk Akal

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 04/12/2023 10:02 WIB
Foto: AFP/KARIM SAHIB

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden konferensi iklim COP28, Sultan Al Jaber, membuat pernyataan kontroversial. Ia menyebut bahwa tidak masuk akal bagi dunia untuk menghapus bahan bakar fosil, yang seringkali diasosiasikan dengan kerusakan lingkungan.

Al Jaber melontarkan komentar tersebut sebagai respons terhadap pertanyaan dari Mary Robinson, ketua kelompok Elders dan mantan utusan khusus PBB untuk perubahan iklim, pada tanggal 21 November. Dalam kesempatan itu, Al Jaber menegaskan manusia dapat kembali ke peradaban zaman batu bila menghapus energi fossil.

"Saya menerima untuk datang ke pertemuan ini untuk melakukan percakapan yang bijaksana dan dewasa. Saya sama sekali tidak ikut serta dalam diskusi apapun yang mengkhawatirkan. Tidak ada ilmu pengetahuan di luar sana, atau tidak ada skenario di luar sana, yang mengatakan bahwa penghentian penggunaan bahan bakar fosil akan menyebabkan suhu mencapai 1,5 derajat Celcius," katanya, dilansir The Guardian, Senin (4/12/2023).


"Tolong bantu saya, tunjukkan peta jalan penghapusan bahan bakar fosil yang memungkinkan pembangunan sosio-ekonomi berkelanjutan, kecuali jika Anda ingin membuat dunia kembali ke gua."

Selain menjalankan COP28 di Dubai, Al Jaber juga merupakan kepala eksekutif perusahaan minyak negara Uni Emirat Arab, Adnoc, yang oleh banyak pengamat dianggap sebagai konflik kepentingan yang serius.

Kepala eksekutif Climate Analytics, Bill Hare, mengatakan 'mengirim kita kembali ke gua' adalah kiasan tertua dalam industri bahan bakar fosil. Hal ini hampir mengarah pada penolakan perubahan iklim.

"Al Jaber meminta peta jalan 1,5 derajat Celcius. Siapapun yang peduli dapat menemukannya dalam skenario nol emisi bersih terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA), yang menyatakan bahwa tidak boleh ada pengembangan bahan bakar fosil baru," paparnya.

"Ilmu pengetahuan sudah sangat jelas (dan) itu berarti penghentian bertahap pada pertengahan abad ini, yang akan meningkatkan kehidupan seluruh umat manusia."

David King, ketua Kelompok Penasehat Krisis Iklim dan mantan kepala penasihat ilmiah Inggris, mengatakan pernyataan Al Jaber sangat mengkhawatirkan. Ia juga mengulangi peringatan terkait pengurangan emisi karbon.

"Sangat memprihatinkan dan mengejutkan mendengar presiden COP28 membela penggunaan bahan bakar fosil. Tidak dapat disangkal bahwa untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5C, kita harus segera mengurangi emisi karbon dan menghentikan penggunaan bahan bakar fosil paling lambat pada tahun 2035."

Friederike Otto, dari Imperial College London, Inggris, juga menjelaskan hal yang sama. Sejauh ini, ilmu pengetahuan tentang perubahan iklim sudah mengambil langkah jelas dalam menangani situasi ini yakni dengan berhenti menggunakan bahan bakar fosil.

"Kegagalan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil pada COP28 akan menyebabkan jutaan orang lebih rentan terkena dampak perubahan iklim. Ini akan menjadi warisan yang buruk bagi COP28," ungkapnya.

Otto juga menolak klaim bahwa bahan bakar fosil diperlukan untuk pembangunan di negara-negara miskin, dengan mengatakan bahwa laporan terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim menunjukkan bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan PBB tidak dapat dicapai dengan melanjutkan perekonomian dengan emisi tinggi.

"(Ada) manfaat tambahan yang sangat besar yang didapat dari perubahan menuju dunia bebas fosil," tambahnya.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dunia Bergejolak, Komitmen Hadapi Perubahan Iklim Terpangkas