Bisnis Apartemen Dilaporkan Lesu, Muncul Fenomena Ini

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
01 December 2023 13:55
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Penambahan pasokan apartemen di wilayah pusat bisnis (Central Business District/ CBD) dilaporkan lesu. Di saat bersamaan, Depok kini dilaporkan jadi salah satu daerah incaran membeli rumah tapak.

Alasannya karena biaya. Di mana dengan biaya membeli apartemen di perkotaan, bisa untuk membeli rumah tapak di daerah pinggiran kota.

"Karena dianggap sudah tinggi, budget harga Rp1,5 miliar dapat apartemen studio Jakarta atau Rp1,5 miliar dapat rumah tapak di Depok? Banyak yang masuk ke Depok," kata Associate Director Research & Consultancy Services Leads Property Martin Samuel Hutapea dalam Property Market Outlook 2023 dikutip Jumat (1/12/2023).

Berubahnya kebiasaan masyarakat itu membuat geliat apartemen di Jakarta kian lesu. Di area Central Business District (CBD) penambahan pasokan 0,0% secara tahunan kemudian tingkat penjualan 0,2% secara tahunan, pertumbuhan harga 1,0% secara tahunan, serta harga rata-rata Rp56,1 juta per meter per m2.

Sedangkan di OCBD Jakarta penambahan pasokan hanya 0,6% secara tahunan, tingkat penjualan 0,2% secara tahunan, harga rata-rata Rp25,6 juta per m2 serta pertumbuhan harga 1,5% secara tahunan. Data itu menunjukkan bahwa geliat apartemen sangat lambat utamanya dalam tiga tahun terakhir.

"Apartemen sangat terkena pandemi waktu itu, dan cukup terkena dampak, bahkan banyak pembeli apartemen yang sekarang cari rumah tapak," kata Martin.

Total ada 259 ribu unit pasokan apartemen di DKI Jakarta, OCBD mendominasi dengan 88%, kemudian CBD di 12%. Berdasarkan segmen menengah bawah di 30%, menengah 37%, menengah atas, 21%, atas 10% dan mewah 2%.

"Karena oversupply membuat pengembang menunda peluncuran apartemen baru, dan berfokus pada penyelesaian konstruksi pembangunan dan menjual sisa unit," ujar Martin.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati Sebelum Beli Rumah atau Apartemen, Perhatikan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular