UMP Naik Tak Sampai 5%, Siap-siap Gaji Habis Buat Beli Beras!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Rabu, 22/11/2023 09:30 WIB
Foto: cover topik / Kenaikan UMP

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan ekonom memperkirakan tingkat konsumsi rumah tangga dalam pertumbuhan ekonomi pada 2024 akan tertekan inflasi. Berujung lemahnya pertumbuhan ekonomi pada tahun depan.

Pemicunya ialah kenaikan upah minimum provinsi (UMP) pada 2024 yang telah diumumkan pemerintah daerah rata-rata naik jauh di bawah 5%, atau bahkan setara dengan target inflasi 2024 sebesar 1,5%-3,5%.

"Artinya pendapatan masyarakat itu enggak akan mendorong katakan kenaikan konsumsi, karena 3% sudah kemakan inflasi, jadi enggak cukup," kata Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/11/2023).


Tekanan inflasi terbesar tahun depan yang harus dirasakan masyarakat ialah dari sisi harga pangan bergejolak, terutama beras. Dipengaruhi efek berkepanjangan El-Nino dan mundurnya musim tanam I yang harusnya terjadi pada Agustus-Desember 2023.

Oleh sebab itu, Tauhid memperkirakan, tekanan inflasi masih sangat rentan tinggi pada paruh pertama 2024, menyebabkan kenaikan upah minimum masyarakat yang terlalu sedikit hanya akan habis untuk membayar tekanan harga beras.

Per Oktober 2023 saja, inflasi harga pangan bergejolak telah naik signifikan ke level 5,54%, jauh di atas inflasi nasional yang sebesar 2,56%. Kenaikannya pun melesat dari September 2023 yang sebesar 3,62%.

Pada periode itu, Badan Pusat Statistik mencatat, beras masih menjadi penyumbang inflasi terbesar selama tiga bulan berturut-turut. Bahkan secara kumulatif dari Januari-Oktober 2023, sumbangan inflasi beras ke total inflasi mencapai 0,49%, jauh di atas urutan kedua dan ketiga, yakni rokok kretek filter 0,16% dan bawang putih 0,07%.

"Jadi bahwa ya sampai Januari-Februari inflasi masih lebih tinggi, terutama beras ya, karena kita tahu delay dari produksi sampai Februari nanti akan mengakibatkan inflasi masih agak rentan tahun depan," kata Tauhid.

Tauhid memperkirakan, upah riil yang akan tergerus inflasi itu nantinya akan membuat konsumsi masyarakat melambat pada tahun depan, di tengah perlambatan konsumsi pada kuartal III-2023 yang hanya sebesar 5,06%. Akibatnya pertumbuhan ekonomi akan kembali di bawah 5%, seperti pada 2023 yang Indef perkirakan hanya tumbuh 4,9%.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan hal serupa. Dia menilai, sulit bagi perekonomian Indonesia untuk tumbuh 5% pada 2024 karena stimulus upah yang terlalu rendah kenaikannya untuk tahun depan.

"Kenaikan UMP rata rata nasional masih terlalu kecil, idealnya diatas 10% melihat tekanan inflasi pangan yang cukup berisiko menggerus daya beli," ujar Bhima.

Di tengah pernyataan pemerintah yang menganggap tekanan ekonomi global masih akan berat pada 2024, Bhima menganggap menjaga daya beli pekerja merupakan kunci agar tahun depan ekonomi bisa lebih tahan hadapi guncangan. Karena konsumsi rumah tangga masih jadi motor pertumbuhan ekonomi yang akan diandalkan tahun 2024.

Struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia pun masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga yang porsinya sebesar 52,62%, diikuti investasi yang hanya 29,68% porsinya, lalu ekspor sebesar 21,26%, dan konsumsi pemerintah 7,16%.

"Kalau naiknya upah dibawah 5%, buruh mana bisa hadapi inflasi, belum pentingnya soal kontribusi pekerja agar menikmati bagian pertumbuhan ekonomi.," kata Bhima.

Sebagai informasi, 23 provinsi sudah mengumumkan UMP 2024. Kenaikan tertinggi di Maluku Utara sebesar 7,5%, lalu DI Yogyakarta dan Jawa Timur masing-masing naik 7,27% dan 6,13%. sisanya berkisar antara 1% sampai dengan 4%.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BPS Umumkan Inflasi 0,19% (mtm) Pada Juni 2025