Ekspor Melemah, PDB Negara Tetangga RI Ini Seret
Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Thailand tumbuh jauh lebih lambat dari perkiraan pada kuartal ketiga. Badan perencanaan negara menyebut fenomena ini terjadi akibat melemahnya ekspor dan belanja pemerintah.
Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional (NESDC) pada Senin (20/11/2023) mengatakan produk domestik bruto (PDB) meningkat 1,5% pada kuartal Juli-September dibandingkan tahun sebelumnya. Namun ini turun dari pertumbuhan 2,4% yang diprediksi oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
Pertumbuhan triwulanan ini juga merupakan yang paling lambat dalam tiga triwulan terakhir. Ekonomi sebelumnya meningkat 1,8% year-on-year pada triwulan kedua dan 2,6% pada periode Januari-Maret.
Badan perencanaan Thailand mengatakan pihaknya memperkirakan perekonomian akan tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2023. Ini angka terendah dari kisaran perkiraan sebelumnya sebesar 2,5% hingga 3,0%.
"Sementara di 2024, pertumbuhan PDB antara 2,7% dan 3,7%," tambah lembaga itu meski tidak memperhitungkan rencana stimulus pemerintah yang menyuntikkan dana sebesar US$14 miliar ke dalam perekonomian melalui skema pemberian "dompet digital", di mana 50 juta orang dapat berbelanja di daerah mereka dalam waktu enam bulan.
"Secara keseluruhan, perekonomian Thailand terus berkembang. Namun jika kita ingin membuat perekonomian berkembang lebih baik dari ini, maka harus dilakukan restrukturisasi, terutama di sektor industri," kata Kepala Badan Perencanaan Thailand Danucha Pichayanan pada konferensi pers, dikutip laman yang sama.
"Pada kuartal keempat, momentum ekspor mulai membaik. Hal ini seharusnya membuat produksi industri juga lebih baik.
Secara triwulanan, PDB naik dengan penyesuaian musiman sebesar 0,8% pada triwulan September, dibandingkan kenaikan perkiraan sebesar 1,2%, dan dibandingkan dengan pertumbuhan 0,2% pada triwulan sebelumnya. Danucha mengatakan badan tersebut akan menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai rencana stimulus sebelum memperhitungkannya dalam prospek pertumbuhannya.
Saat ini, konsumsi swasta yang kuat dan pemulihan pariwisata menjadi penolong negara dengan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara tersebut. Permintaan global yang lesu membuat ekspor melemah, meskipun tetap ada tanda-tanda perbaikan pada kuartal ini.
Kepercayaan investor terhadap Thailand sendiri tetap rendah meskipun fenomena politik yang berkepanjangan telah berakhir setelah pemilu pada Mei lalu. Pemerintahan koalisi yang muncul dari pemilu dipimpin oleh partai populis Pheu Thai, dan mencakup partai-partai yang didukung oleh musuh lamanya, militer.
Pemerintah telah merencanakan serangkaian langkah stimulus yang bertujuan untuk menghidupkan kembali perekonomian pasca pandemi, yang hanya tumbuh 2,6% pada tahun lalu. NESDC memperkirakan penurunan ekspor sebesar 2%, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan Thailand, untuk tahun ini, setelah sebelumnya memperkirakan penurunan sebesar 1,8% sebelumnya.
(sef/sef)