
Lampaui Laba 2022 di Kuartal III, Ini Sederet 'Amunisi' PGEO

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) membukukan kenaikan laba bersih sebesar 19,7% year-on-year (YoY), dari US$ 111,4 juta menjadi US$ 133,4 juta atau Rp2,065 triliun pada kuartal III-2023. Capaian ini pun sukses melampaui raihan laba sepanjang 2022 yang pada saat itu mencapai US$ 127,3 juta.
Kinerja apik emiten panas bumi ini tersebut berasal dari pendapatan usaha yang naik dari US$ 287,4 juta menjadi US$ 308,9 juta atau Rp 4,7 triliun
Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Nelwin Aldriansyah mengatakan pencapaian ini menunjukkan bahwa PGE telah berhasil mengelola keuangan dengan baik.
"Selain itu juga PGE telah mampu meningkatkan kinerja operasional dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan," ujarnya dikutip dari keterangan tertulis belum lama ini.
Dari sisi ekuitas, perseroan menunjukkan tren meningkat dari US$ 1,25 juta menjadi US$ 1,93 juta atau Rp 29,8 miliar jika dibandingkan dengan 31 Desember 2022. Hal ini menunjukkan perseroan berada dalam kondisi keuangan yang sehat dan memiliki kemampuan untuk membayar hutang dan menghasilkan laba.
Sedangkan liabilitas Perseroan mengalami penurunan dari US$1,22 juta menjadi US$ 960 ribu atau Rp14,8 miliar dan total aset sebesar US$ 2,906 juta atau naik 17,41% dari akhir tahun lalu sebesar 2,475 juta.
Dari sisi produksi, PGEO pun mencatatkan pertumbuhan produksi dan semakin mendekati target. Pada kuartal III-2023 produksi PGEO mencapai 3.586 GWh, dari target 4.524 GWh hingga akhir 2023.
Angka tersebut dikontribusikan oleh pembangkit di wilayah Kamojang, Jawa Barat, dengan produksi 1.281 GWh hingga kuartal III-2023, naik 3,24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 1.241 GWh.
Kemudian Lahendong mencatat produksi sebesar 663,97 GWh, naik 4,52% dibandingkan kuartal III-2022 sebesar 635,25 GWh. Wilayah Ulubelu juga mengalami peningkatan dengan produksi 1.216,8 GWh, naik 3,77% dibandingkan tahun lalu sebesar 1.172 GWh.
Selanjutnya produksi Lumut Balai sebesar 352,5 GWh pada kuartal III-2023, tumbuh 7,06% dibandingkan kuartal III-2022 sebesar 329,29%.
Hingga September 2023 pendapatan PGEO Area Kamojang menyumbang pendapatan terbesar, yakni senilai US$ 109,6 juta atau Rp 1,6 triliun. Kemudian disusul oleh PGEO Area Ulubelu senilai US$ 86,1 juta atau Rp 1,3 triliun.
Selain peningkatan produksi, kehadiran bursa karbon juga memberikan dampak positif bagi perusahaan. PGE berhasil membukukan sebesar US$ 732.000 atau Rp 11,3 miliar. Pencapaian ini pun dapat menjadi landasan yang positif dalam melangkah ke depan.
Kontribusi PGEO pada pasar karbon domestik cukup besar, terutama dengan diterbitkannya 864.209 ton CO2 karbon pada September 2023. Karbon kredit yang dihasilkan oleh PGEO tersebut dihasilkan dari proyek Karaha (Unit 1), Ulubelu (Unit 3 dan 4), dan Lahendong (Unit 5 dan 6). Peran PGEO adalah menyediakan pasokan karbon yang dibutuhkan investor di Bursa Karbon Indonesia.
PGEO dapat memperkuat posisinya di sektor energi baru terbarukan, khususnya panas bumi, untuk meningkatkan akses ke energi bersih yang andal dan terjangkau.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Kaget, Panas Bumi Bisa Digunakan untuk Ekstraksi Mineral Langka
