Bansos Jokowi Kurang Nendang! BLT Tak Cukup Rp 400.000

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
08 November 2023 07:50
Bocoran terbaru, Kapan Harga BBM Naik Pasca Bansos BLT Disebar Jokowi
Foto: Ilustrasi BLT El Nino Jokowi/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom menilai pemberian bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 200.000 yang diberikan dua kali pada November dan Desember kepada warga miskin tidak cukup kuat menopang daya beli masyarakat yang tengah turun.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan masyarakat miskin setidaknya harus diberikan BLT sebanyak Rp 1,5 juta.

"Enggak cukup, bantuan sebesar Rp 400 ribu hanya bisa untuk mengantisipasi inflasi," kata dia dihubungi Selasa (7/11/2023).

Tauhid memperkirakan setiap keluarga setidaknya membeli 30 sampai 40 kilogram beras setiap bulannya. Dengan kenaikan harga beras yang terjadi beberapa bulan ini, setidaknya masyarakat harus mengeluarkan uang lebih dari Rp 500 ribu untuk membeli bahan pokok itu. Pengeluaran itu harus ditambah dengan kebutuhan lainnya seperti mengontrak rumah yang harga sewanya juga naik.

"Jadi bantuan itu hanya cukup untuk mengantisipasi inflasi, sementara persoalannya harga kan tidak turun-turun," kata dia.

Pemerintah Jokowi sebelumnya menyatakan akan memberikan bantuan sebesar Rp 400 ribu untuk 18,8 juta keluarga ekonomi lemah pada bulan November dan Desember 2023. Bantuan tunai ini disebut sebagai BLT El Nino, karena diberikan untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah dampak kemarau panjang yang menyebabkan harga pangan meroket.

Sebelum bantuan tunai itu mendarat di rekening penerima pada November ini, dampak inflasi terhadap penurunan daya beli masyarakat sudah nampak dalam rilis Badan Pusat Statistik untuk kuartal III 2023. BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan ini hanya 4,94%. Penurunan daya beli masyarakat ditengarai menjadi salah satu penyebab pertumbuhan itu meleset dari target pemerintah di atas 5%.

Tauhid memperkirakan jumlah BLT yang seharusnya diberikan pemerintah untuk menanggulangi pelemahan daya beli masyarakat ini adalah sebesar Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta. Angka tersebut, kata dia, didapatkan dari perhitungan kelompok paling bawah yang mempunyai penghasilan per bulan di kisaran Rp 3 juta.

"Setidaknya harus 50% bisa ditanggung oleh pemerintah," ungkapnya.

Menurutnya, jumlah bantuan itu bukannya tidak mungkin apabila pemerintah memutakhirkan data penerima BLT hanya kepada mereka yang paling membutuhkan, yakni kelompok penduduk paling miskin. Jumlah penduduk miskin diperkirakan 9,8% dari jumlah penduduk Indonesia.

Sayangnya, kata Tauhid, BLT yang diberikan pemerintah tersebut masih menyasar kepada masyarakat yang sebenarnya tergolong mampu. "Banyak orang-orang yang sudah nyaman dan tidak mau dikeluarkan dari data penerima bansos, banyak banget," ujar Tauhid.

Wakil Kepala Bidang Penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Jahen F. Rezki sependapat dengan Tauhid. Dia mengatakan kelompok masyarakat miskin perlu dibantu untuk memastikan daya beli tetap terjaga.

Dia juga memberikan catatan kepada realisasi belanja pemerintah di triwulan III yang masih rendah. "Untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di kuartal IV, pemerintah perlu meningkatkan realisasi belanja, serta memberikan bantuan sosial khususnya bagi kelompok miskin," kata dia.

"Karena sekarang sepertinya realisasi belanja masih rendah, itu juga kenapa ekonomi Indonesia sedikit menurun pada Q3. Di saat yang sama kelompok miskin juga perlu di support untuk memastikan daya beli tetap terjaga," tegasnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PKH Tahap 4 Cair Mulai Oktober, Cek Namamu di Link Ini!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular