
Ahli Bongkar 3 Kunci Genjot Produksi Minyak RI yang Anjlok

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi minyak nasional hingga kini masih belum menunjukkan tren kenaikan yang positif. Padahal pemerintah mempunyai target produksi 1 juta barel minyak per hari pada 2030 mendatang.
Mengacu data Kementerian ESDM pada 5 November 2023, produksi harian minyak nasional tercatat baru mencapai 586.110 barel per hari (bph) atau jauh dari yang ditargetkan sampai akhir tahun 2023 yang mencapai 660.000 bph.
Praktisi minyak dan gas bumi (migas) Hadi Ismoyo mengaku cukup prihatin dengan kondisi produksi minyak nasional yang terus mengalami penurunan akhir-akhir ini. Oleh sebab itu ia mendorong agar upaya untuk meningkatkan produksi minyak terus digenjot.
Setidaknya, ada tiga hal pokok utama yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan produksi minyak. Pertama, yakni dengan melakukan kegiatan eksplorasi. Kedua, penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Ketiga, Existing Production with Low Decline Management secara masif.
"Sebetulnya kalau kita lihat ada tiga pokok hal yang dalam eksplorasi produksi itu kita lakukan yang pertama adalah eksplorasi ini yang penting kemudian yang kedua adalah EOR yang ketiga adalah Existing Production with Low Decline Management," kata Hadi dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (7/11/2023).
Menurut Hadi penurunan produksi terjadi lantaran lapangan-lapangan migas di Indonesia saat ini sudah cukup berumur. Adapun dari semua lapangan minyak yang beroperasi 60-70% merupakan lapangan yang sudah uzur.
"Memang betul yang dikatakan Pak Menteri 90% water cut dan banyak produksi dari mereka sudah sangat menurun. Namun masih ada nomor satu, dimana eksplorasi dan EOR belum ditingkatkan," kata dia.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui bahwa produksi minyak bumi di dalam negeri terus mengalami penurunan. Hal itu terjadi karena sumur minyak di Indonesia saat ini masuk fase uzur atau sudah tua.
Mengutip data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), hingga September 2023 produksi minyak sebesar 608,6 ribu barel per hari (bph). Sedangkan per 31 Oktober 2023 lalu, Kementerian ESDM mencatat produksi minyak turun menjadi 582,69 ribu bph.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif membeberkan alasan dari terus menurunnya produksi minyak dalam negeri. Hal ini karena sumur minyak di Indonesia sudah tua, sehingga rasio air lebih besar dibandingkan minyak ketika diproduksi.
"Kan minyak itu semakin lama dipompa kan akan semakin dalam, kemudian campurannya juga sama air makin banyak. Jadi yang dipompa dulunya hasil minyak 10 liter, 9 liternya minyak, kalau sekarang sudah sekian puluh tahun sudah setengah liter minyak setengah liter air," jelas Menteri Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Saat ini pemerintah terus mengupayakan untuk terus mempertahankan produksi minyak harian dalam negeri. Salah satu yang dilakukan adalah mencari cadangan dari sumur minyak non konvensional (MNK) salah satunya di Gulamo Blok Rokan.
"Tapi untuk penambahan itu harus ada menambahkan yang baru, itu sekarang di Gulamo, itu yang nonkonvensional atau MNK. Sejauh ini indikasinya sih ada harapan di Gulamo, karena sudah selesai dibor," ungkap Arifin.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat Pak Jokowi, Produksi Minyak RI Ambles Mirip Era 1960-an
