Jet Tempur China-Kapal Perang Kanada Panas Dekat RI, Kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan China dan Kanada memanas. Ini setelah Beijing menuduh Ottawa melakukan tindakan "jahat dan provokatif" di Laut China Selatan (LCS).
Komentar dari China muncul setelah Angkatan Laut Kanada mengatakan jet tempur Beijing membahayakan sebuah helikopter dalam dua pencegatan jarak dekat di atas perairan internasional tersebut. LCS sendiri berada dekat dengan Indonesia, di mana salah satunya terkait Natuna Utara.
Menurut Menteri Pertahanan Kanada Bill Blair insiden tersebut pada Jumat malam. Ia mengatakan tindakan jet China dianggap "sangat tidak aman" dan menempatkan "keselamatan semua personel yang terlibat dalam risiko yang tidak perlu".
Hal ini pun diakui China. Namun Kementerian Pertahanan negeri itu menuduh Kanada melanggar hukum China dan internasional, membahayakan kedaulatan dan keamanan China dan merupakan tindakan jahat dan provokatif dengan motif tersembunyi.
"Fregat HMCS Ottawa Kanada menerbangkan dua serangan helikopter dengan niat yang tidak diketahui menuju wilayah udara China di sekitar Kepulauan Xisha," kata juru bicara Kementerian Pertahanan China, Zhang Xiaogang, merujuk sebuah kepulauan yang disengketakan yang diklaim oleh China, Vietnam dan Taiwan dan juga dikenal sebagai Kepulauan Paracel.
"Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok mengorganisir angkatan laut dan udara untuk melakukan identifikasi, verifikasi sesuai dengan hukum dan mengeluarkan banyak peringatan. Namun, helikopter Kanada tidak hanya menolak merespons, tetapi juga mengambil tindakan provokatif seperti terbang di ketinggian sangat rendah," kata Zhang lagi.
"Kami mendesak pihak Kanada untuk tidak mengabaikan fakta, berhenti melebih-lebihkan dan membesar-besarkan (insiden tersebut), dan membatasi secara tegas tindakan angkatan laut dan udara garis depan untuk mencegah kecelakaan di laut dan udara," tambahnya.
Laporan CNN International, pekan lalu juga mengungkapkan sebuah pesawat perang China menembakkan suar di depan sebuah helikopter militer Kanada pada tanggal 29 Oktober. Para perwira militer Kanada menyebut operasi tersebut adalah tindakan yang ceroboh dan dapat mengakibatkan jatuhnya pesawat.
Perwira udara di kapal fregat Angkatan Laut Kerajaan Kanada HMCS Ottawa, Mayor Rob Millen, mengatakan insiden tersebut adalah yang kedua dari dua pertemuan "tidak aman" yang dialami helikopter Kanada pada hari itu dengan pesawat tempur J-11 Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA). Keduanya berajarak 100 kaki (30 meter) dari helikopter.
Millen mengatakan dia sedang mengemudikan helikopter tersebut pada tanggal 29 Oktober, ketika J-11 China mencegatnya dari jarak dekat, saat helikopter tersebut terbang lurus dan berada pada ketinggian 3.000 kaki di atas air kembali menuju Ottawa. Dia mengatakan dia harus turun ke ketinggian 200 kaki- area di mana helikopter dapat beroperasi tetapi "sangat tidak nyaman bagi jet tempur udara cepat"- untuk mengakhiri pertemuan dengan jet China.
Millen pun menyebut pesawat tempur China terbang berputar-putar begitu dekat. Sehingga helikopternya mengalami turbulensi yang bisa berbahaya.
Sebagai informasi, China selama ini sudah mengklaim hampir seluruh wilayah LCS, yakni sekitar 90% yang meliputi area seluas sekitar 1,3 juta mil persegi, dengan konsep sembilan garis putus-putus (nine-dash line), yang kemudian berubah menjadi 10 garis putus-putus. Klaim ini termasuk sebagian besar pulau di dalamnya.
Dari klaim sepihak tersebut, Negeri Tirai Bambu bahkan telah mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan yang dibangunnya di sana. LCS sendiri dilintasi oleh jalur pelayaran penting dan berisi ladang gas dan tempat penangkapan ikan yang kaya.
Klaim teritorial sepihak tersebut tumpang tindih dengan klaim beberapa negara ASEAN dan Taiwan. Selain dengan China, LCS sendiri berbatasan dengan Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
(sef/sef)