
Produksi Minyak RI Anjlok ke Era 1960, Ini Biang Keroknya..

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi minyak nasional hingga kini masih belum menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Bahkan, produksi minyak per 4 November 2023 tercatat baru mencapai 571.280 barel per hari (bph).
Sementara, pemerintah memasang target produksi lifting minyak dalam APBN 2023 di level 660 ribu bph. Bila dirunut ke belakang, realisasi produksi minyak nasional ini bahkan di bawah level produksi pada 1968.
Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menjelaskan penurunan produksi minyak nasional yang saat ini terus terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya karena produksi migas RI masih mengandalkan lapangan-lapangan yang sudah berumur tua.
Oleh sebab itu, kenaikan harga minyak mentah di kancah global tidak akan berpengaruh signifikan dalam kenaikan produksi. Hanya saja, kenaikan harga minyak akan membantu dari sisi keekonomian.
"Yang akan membuat produksi naik adalah kalau sudah ada investasi dan produksi dari lapangan-lapangan baru yang skalanya besar seperti sekelas Blok Cepu atau Rokan misalnya. Harus berhasil dulu eksplorasinya atau upaya EOR nya di lapangan besar sekelas itu, baru akan bisa naik produksi," kata Pri kepada CNBC Indonesia, Senin (6/11/2023).
Senada, Ketua Komite investasi Aspermigas Moshe Rizal menilai penurunan produksi minyak yang terus terjadi di Indonesia lantaran mayoritas lapangan migas di Indonesia sudah cukup berumur. Sehingga dari sisi produksi akan terus mengalami penurunan secara alamiah.
"Namun bukan berarti tidak ada lagi potensi untuk Indonesia meningkatkan produksi, karena potensi migas yang belum ter-eksplorasi ataupun ter-produksi masih sangat besar, hanya semua itu membutuhkan investasi yang tidak kecil," kata Moshe.
Moshe memerinci, setidaknya terdapat dua hal yang dapat mengurangi penurunan produksi minyak nasional. Pertama yaitu optimalisasi produksi yang ada seperti dengan workover wells, peningkatan produktivitas dan pemanfaatan sumur-sumur yang ditinggalkan (abandon wells) dengan re-entry.
Kemudian yang kedua yakni dengan percepatan monetisasi rencana pengembangan lapangan migas atau Plan of Development (PoD). "Dan kalau untuk meningkatkan produksi nasional, ada dua hal juga, yaitu implementasi teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Eksplorasi untuk menemukan cadangan-cadangan baru," tambahnya.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan data BP Statistical Review produksi minyak RI pada 1968 tercatat mencapai 599.000 bph, sebelum mengalami kenaikan terus-menerus yang mencapai masa puncak produksi pada 1977 sebesar 1.685.000 bph, lalu puncak produksi ke-2 sebesar 1.669.000 bph pada 1991, hingga kemudian terus mengalami penurunan secara bertahap.
Adapun sebelum 1968, produksi minyak RI masih berada di level 400 ribuan barel per hari. Berikut datanya:
1965: 486.000 bph
1966: 474.000 bph
1967: 510.000 bph
1968: 599.000 bph
1969: 642.000 bph
1970: 854.000 bph
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Minyak RI Anjlok Terus, Gimana Peran SKK Migas?
