Rupiah Bikin Dolar Bertekuk Lutut, Ini Penyebab & Analisanya!

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
06 November 2023 10:03
Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)
Foto: Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah tercatat melesatĀ terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pembukaan pekan ini, di tengah mulai derasnya arus dana asing sebagai efek dari the Fed yang menahan suku bunganya minggu lalu.

Dari data Refinitiv, rupiah di angka Rp15.580/US$ atau menguat 0,92%. Di tengah perdagangan, rupiah melanjutkan penguatan sebesar 1.02% ke Rp 15.565/US$. Hal ini melanjutkan tren penguatan kemarin yang juga ditutup menguat 0,79%. Posisi ini juga menjadi yang terkuat sejak 3 Oktober 2023.

Rupiah bahkan terus menguat tajam hingga menyentuh Rp 15.560/US$ pada pukul 09:07 WIB. Artinya, rupiah melesat 1,05%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08.50 WIB naik tipis 0,07% menjadi 105,09. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (3/11/2023) yang berada di angka 105,02.

Penguatan rupiah ini sejalan dengan arus modal asing yang kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,01% ke 6.857,18 pada perdagangan sesi satu pagi ini.

Arus masuk ini sejalan dengan keputusan the Fed. Ketua Bank Sentral AS Jerome Powell memutuskan menahan suku bunga acuan dan memberikan sinyal yang tidak seketat sebelumnya.

Dalam pernyataan resminya, The Fed mengatakan jika indikator terbaru menunjukkan aktivitas ekonomi AS masih kuat pada kuartal III-2023 tetapi data tenaga kerja sudah bergerak moderat meski masih dalam fase yang kuat. Tingkat pengangguran juga masih rendah dan inflasi masih tinggi.

Pernyataan The Fed sedikit berbeda dengan September di mana mereka mengatakan pertumbuhan ekonomi AS 'solid' dan data tenaga kerja 'sudah melambat tetapi masih dalam fase kuat'.


Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai keputusan The Fed mempertahankan suku bunga berdampak positif terhadap nilai tukar dan pasar finansial. Dia mengatakan keputusan The Fed langsung membuat imbal hasil obligasi Amerika Serikat langsung turun, sehingga menaikkan daya tarik investasi terhadap aset investasi di Indonesia.

"Termasuk obligasi Indonesia, karena kalau kita lihat gap yield ini semakin lebar jadi kita lihat hari ini kemungkinan akan ada inflow di pasar surat utang negara dan kemungkinan juga surat utang negara kita menguat begitu pula dengan pasar saham," katanya, kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (6/11/2023).

Kendati menguat, tetap perlu dipahami bahwa tren pelemahan mata uang Garuda masih terjadi sejak Mei 2023 yang konsisten terdepresiasi enam bulan berturut-turut. Sementara itu, posisi terlemah rupiah tahun ini terjadi pada 27 Oktober 2023 di angka Rp15.935/US$ yang juga merupakan posisi terparah sejak 3,5 tahun terakhir.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro menegaskan penguatan rupiah kali ini didorong 2 faktor, yakni less hawkish dari kebijakan The Fed ke depan dan data Unemployment Rate US yang naik.

"Ke depan, jika the Fed memastikan bahwa tidak perlu kenaikan rate lagi mestinya ada ruang USDnya mulai melemah," katanya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Perkasa di Level Rp16.245, BI: Efek Libur Panjang!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular