Internasional

Mengapa Rusia-China Tak Cap Hamas Teroris? Ini Alasannya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 01/11/2023 20:10 WIB
Foto: Bendera Rusia dan China (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik antara Israel dan kelompok Palestina, Hamas, terus membawa dinamika baru. Beberapa negara Barat seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, serta beberapa negara Eropa yang menjadi sekutu Israel telah melabeli Hamas dengan istilah teroris.

Langkah ini berbeda dengan dua negara besar lainnya, Rusia dan China. Moskow dan Beijing telah memperkuat posisi mereka terhadap konflik di Gaza dalam beberapa hari terakhir dengan tidak mencap Hamas sebagai teroris dan terus mendorong perdamaian antara keduanya.

Menteri Luar Negeri China mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa kampanye pemboman Israel telah "melampaui ruang lingkup pertahanan diri". Beijing menegaskan bahwa mereka "harus menghentikan hukuman kolektif terhadap rakyat Gaza".


Pada Jumat, Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengemukakan bahwa pengepungan intensif atas Gaza oleh Israel mungkin mirip dengan pengepungan Leningrad yang dilakukan tentara Jerman pada perang dunia kedua, sebuah referensi yang mungkin akan menyebabkan kebencian besar di Israel.

Diplomat utama Rusia, Sergei Lavrov, tiba di Beijing pada hari Senin sebelum kunjungan Putin. Ini diprediksi akan meningkatkan kekhawatiran negara-negara Barat mengenai semakin eratnya hubungan antara kedua negara tersebut.

China secara historis mendukung perjuangan Palestina selama beberapa dekade, begitu pula Uni Soviet selama Perang Dingin. Baru-baru ini, kedua kekuatan tersebut berupaya menyeimbangkan hubungan yang lebih erat dengan Israel dengan upaya diplomatik mereka yang lebih luas untuk mendapatkan sekutu di dunia Arab.

Rusia mencari dukungan untuk melanjutkan perangnya di Ukraina sementara China berupaya membangun koalisi negara-negara berkembang yang lebih luas untuk memperluas pengaruh Beijing dan memperkuat upayanya untuk bersaing dengan AS di panggung global.

"Beijing sudah pro-Palestina sejak masa Mao dan sadar akan kedekatan AS dengan Israel... (sekarang) hampir semua hal yang didukung AS, harus ditentang oleh China," kata Yu Jie, peneliti senior Tiongkok di lembaga pemikir Chatham House di London, kepada The Guardian, dikutip Rabu (1/11/2023).

"Beijing juga ingin dilihat sebagai pendukung utama negara-negara Selatan, yang mencakup sebagian besar negara-negara Arab yang mempertahankan hubungan persahabatan dengan China. Ini soal menjaga hubungan dengan terus mendukung Palestina."

Para analis berpendapat bahwa China berupaya untuk mengimbangi kekhawatiran di dunia Islam dan Arab mengenai perlakuan Beijing terhadap etnis Muslim Uighur di wilayah Xinjiang, China barat laut.

Timur Tengah memasok sebagian besar kebutuhan minyak China dan merupakan penghubung dalam inisiatif Belt and Road, proyek infrastruktur ambisius yang dicanangkan Presiden Xi Jinping untuk menghubungkan pasar di seluruh dunia dan memperluas pengaruh Beijing.

"Sejak perang dimulai, media pemerintah China telah mengkritik Israel dan menyalahkan AS, karena mengobarkan ketegangan di wilayah tersebut. Ada juga peningkatan konten anti semit di internet China yang diawasi dengan ketat," menurut Yaqiu Wang, direktur penelitian untuk China, Hong Kong dan Taiwan di organisasi nirlaba Freedom House yang berbasis di AS.

Di sisi lain, Rusia bersikeras bahwa Moskow dapat membantu menengahi karena mereka memiliki hubungan dengan Israel, Palestina, kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah, Iran dan negara-negara besar Arab.

Putin mengatakan pada hari Jumat bahwa Israel telah menjadi sasaran "serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kekejamannya" oleh militan Hamas dan memiliki hak untuk membela diri. Namun menurut Putin, mereka membalasnya dengan metode yang kejam.

"Korban warga sipil (yang mungkin terjadi akibat serangan darat Israel) benar-benar tidak dapat diterima. Sekarang yang utama adalah menghentikan pertumpahan darah," katanya.

Para pejabat Rusia juga menyalahkan AS atas konflik tersebut. Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan AS memikul "tanggung jawab atas perang yang akan terjadi di Timur Tengah".


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Operasi Darat & Udara Israel Tewaskan 30 Orang di Gaza