NTP Naik & Harga Gabah Terbang 30%, Petani RI Auto Kaya Raya?

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
01 November 2023 15:30
Petani memanen padi lebih awal di Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat, (4/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Petani memanen padi lebih awal di Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat, (4/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Nilai Tukar Petani (NTP) Oktober 2023 sebesar 115,78 atau naik 1,43% dibandingkan September 2023. Kenaikan terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik lebih tinggi dari indeks harga dibayarkan petani, yaitu 1,67% dibanding 0,24%.

Kenaikan NTP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan, sebesar 2,68%. Di mana komoditas yang paling berpengaruh adalah gabah, jagung, ketela pohon, dan ketela rambat.

Sementara, penurunan NTP terdalam terjadi pada subsektor perikanan tangkap. Di mana, nilai tukar nelayan (NTN) turun sebesar 0,76%. Adapun 4 komoditas yang paling berpengaruh pada penurunan ini adalah ikan cakalang, layang, kembung, dan tongkol.

"Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) Oktober 2023 naik 1,57% ke 116,79 dibandingkan September 2023. Kenaikan NTUP terjadi karena indeks harga diterima petani naik 1,67%, yang lebih tinggi dibandingkan biaya produksi dan penambahan barang modal yang naik 0,10%," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers hari ini, Rabu (1/11/2023).

"Sementara komoditas paling berpengaruh pada kenaikan biaya produksi adalah benih padi, upah pemanenan, bensin, dan bekatul," tambahnya.

"Peningkatan NTUP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan, naik 2,79%. Sementara penurunan terdalam terjadi pada subsektor peternakan dan perikanan tangkap, turun 0,58% dan 0,40%," paparnya.

Harga Gabah dan Beras Kompak Beterbangan

Sementara itu, Pudji menjabarkan, harga gabah sudah melonjak lebih 27% dan harga beras sudah naik hampir 20%.

Dia memaparkan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada bulan Oktober 2023 naik 5,16% secara bulanan dan sebesar 27,95% secara tahunan.

Harga gabah kering giling (GKG) juga meningkat 4,29% secara bulanan dan sebesar 30,77% secara tahunan.

Sementara itu, lanjutnya, harga beras di penggilingan naik 3,31% secara bulanan dan sebesar 29,24% secara tahunan.

Di tingkat grosir, harga beras bulan Oktober 2023 naik 2,13% secara bulanan dan melonjak 21,64% secara tahunan.

Kemudian harga beras di tingkat eceran meningkat 1,72% secara bulanan dan sebesar 19,12% secara tahunan.

Konferensi pers inflasi Oktober, Rabu (1/11/2023). (Tangkapan Layar Youtube BPS)Foto: Konferensi pers inflasi Oktober, Rabu (1/11/2023). (Tangkapan Layar Youtube BPS)
Konferensi pers inflasi Oktober, Rabu (1/11/2023). (Tangkapan Layar Youtube BPS)

Lalu apakah lonjakan harga gabah dan NTP menunjukkan kenaikan kesejahteraan petani?

"Kita perlu berhati hati dengan kata keuntungan. Karena kenaikan harga beras yang diterima petani padi ini sifatnya temporer, sangat fluktuatif," kata Pudji.

"Dari sisi harga yang tergambar dari NTP tanaman pangan per Oktober 2023, NTP tanaman pangan naik sebesar 2,68% karena indeks harga yang diterima petani (IT) tadi naik 2,91%. Nah, ini salah satunya didorong oleh kenaikan harga gabah," terangnya.

Untuk itu, ungkap Pudji, BPS tengah melakukan penyempurnaan penghitungan NTP. Sehingga, NTP nanti dapat digunakan untuk mengevaluasi kesejahteraan petani. Saat ini, imbuh dia, pihaknya masih melakukan kajian dan akan dilakukan pilot project.

"Ini mengevaluasi kembali metodologi yang sudah digunakan. BPS juga berpendapat ukuran kesejahteraan petani pada dasarnya tidak cukup hanya menggunakan NTP. Kita tahu NTP ini berdasarkan perubahan harga," ujarnya.

"Ada dimensi lain selain harga yang tentunya bisa digunakan untuk melihat pendapatan atau tingkat kesejahteraan petani tersebut. Jadi tingkat kesejahteraan ini bisa dilihat dari berbagai dimensi," tambah dia.

BPS, ujar Pudji, akan melakukan pilot project penghitungan tersebut.

"Saat ini BPS sedang melakukan pilot penghitungan kesejahteraan petani. Semoga tahun depan BPS dapat memberikan indikator alternatif untuk melihat kesejahteraan petani selain NTP tentunya," pungkas Pudji.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banjir Uang, Tapi Orang Miskin Desa Lebih Banyak dari Kota!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular