Manufaktur RI Beri Sinyal Buruk, Kemenperin Ungkap Fakta Ini

Damiana, CNBC Indonesia
Selasa, 31/10/2023 15:16 WIB
Foto: Ilustrasi pabrik garmen. (AP/Mahmud Hossain Opu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor manufaktur di dalam negeri tengah mengalami perlambatan kinerja. Terlihat dari tren indeks kepercayaan industri pengolahan (manufaktur) yang terus melambat. Di sisi lain, meski pengusaha masih percaya diri (pede) dengan kondisi 6 bulan ke depan, jumlah pengusaha yang pesimis juga bertambah.

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Oktober 2023 mengalami penurunan 1,81 poin jadi 50,70 dibandingkan indeks bulan September 2023 yang tercatat mencapai 52,51. Data IKI 2023 yang dirilis Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan tren penurunan setelah melonjak ke level tertinggi dalam setahun terakhir di bulan Juni 2023. Saat itu, IKI dilaporkan mencapai 53,93. Meroket dari posisi bulan Mei 2023 yang berada di 50,90.

Artinya, IKI pada bulan Oktober 2023 ini adalah posisi terendah dalam setahun terakhir, sejak November 2022.


Meski begitu, Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, IKI bulan Oktober 2023 masih berada dalam fase ekspansi. Lebih rinci, dia menjabarkan, sebanyak 14 subsektor industri pengolahan atau 78% dalam fase ekspansi, sedangkan 22% atau 9 subsektor mengalami kontraksi.

"Indeks Kepercayaan Industri pada bulan Oktober 2023 masih pada level ekspansi yaitu sebesar 50,70. Melambat 1,81 poin dibandingkan bulan September 2023 yang nilainya mencapai 52,51," kata Febri saat Rilis Indeks Kepercayaan Industri Oktober 2023, ditayangkan akun Youtube Kemenperin, Selasa (31/10/2023). 

Disebutkan, variabel pesanan baru dan produksi mengalami ekspansi di bulan Oktober 2023 ke level 51,72 dan 50,83. Sedangkan, variable persediaan produksi masih kontraksi di level 47,95 dibandingkan posisi pada bulan September 2023 yang tercatat di 47,40.

Febri memaparkan, penurunan variabel pesanan baru terjadi baik di pesanan domestik maupun luar negeri.

"Beberapa respons juga menyampaikan karena daya saing harga di pasar domestik. Penurunan ekspansi pada variable produksi karena penurunan pesanan, mayoritas subsektor menyampaikan karena masih banyak persediaan produk," jelas Febri.

Foto: Juru Bicara Kemenperin Febri saat Rilis IKI bulan Oktober 2023. (Selasa, 31/10/2023, Tangkapan layar Youtube Kemenperin, Selasa 31/10/2023)
(Tangkapan layar Youtube Kemenperin, Selasa 31/10/2023)

"Beberapa subsektor ada yang menyampaikan karena tingginya biaya produksi, ketersediaan bahan baku, dan faktor musiman. Kontraksi persediaan produk dapat diartikan bahwa produk industri masih banyak di gudang sehingga produsen menahan produksi," tambahnya.

Kemenperin, lanjutnya, telah mengidentifikasi pemicu perlambatan IKI bulan Oktober 2023 menurun.

Biang Kerok Perlambatan

Pertama, katanya, penurunan daya beli global, khususnya di negara mitra dagang utama Indonesia, seperti AS, China, dan Eropa, menyebabkan penurunan drastis terhadap permintaan manufaktur Indonesia.

"Di pasar domestik, penurunan daya beli diakibatkan oleh harga energi, khususnya BBM. Serta kenaikan suku bunga, hal ini menyebabkan cost of fund sektor manufaktur meningkat. Menyebabkan kenaikan harga barang manufaktur," terangnya.

Kedua, lanjut dia, efek pelemahan rupiah sehingga menyebabkan kenaikan biaya produksi karena harga impor jadi meningkat. Di mana, kata dia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS semakin menurun selama 5 bulan berturut-turut.

""Faktor ketiga adalah faktor eksternal, seperti banjirnya produk impor, peredaran barang ilegal, dan kenaikan harga energi pada bulan Oktober ini," ujarnya.

"Kami melihat kinerja penegak hukum dan kementerian/ lembaga terkait tampaknya belum sepenuhnya bisa meredam gencarnya barang impor dan barang ilegal lainnya yang menggerogoti pasar domestik," cetus Febri.

Tren Pesimisme

Febri menuturkan, secara umum pada bulan Oktober 2023, tingkat optimisme pelaku usaha terhadap kondisi usaha untuk 6 bulan ke depan masih tinggi, mencapai 61%.

Mayoritas responden, kata dia, menjawab optimis akan kondisi pasar ke depan akan membaik karena kebijakan pemerintah pusat yang lebih baik.

"Sebanyak 24,9% pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya stabil selama 6 bulan mendatang. Angka ini tak berubah dari kondisi bulan sebelumnya," sebut Febri.

"Persentase pesimisme pandangan pelaku usaha terhadap kondisi usaha 6 bulan ke depan sebesar 14%. Meningkat dibandingkan bulann sebelumnya sebesar 11,6%," pungkasnya.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Solusi Bubut dan Milling Baru Diperkenalkan untuk Efisiensi