Diungkap Sri Mulyani, Begini AS Porak-porandakan Rupiah!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
25 October 2023 15:05
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memaparkan APBNKITA edisi Oktober 2023. (Tangkapan Layar Youtube Ministry of Finance Republic of Indonesia)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memaparkan APBNKITA edisi Oktober 2023. (Tangkapan Layar Youtube Ministry of Finance Republic of Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ikut buka suara mengenai nilai tukar rupiah yang alami tekanan berat dalam beberapa waktu terakhir. Dolar Amerika Serikat (AS) bahkan nyaris menembus Rp 16.000.

Sri Mulyani menjelaskan, depreasiasi rupiah dilihat dari awal tahun (year to date/ytd) hanya sebesar 0,7%. Sementara banyak negara lain, depresiasi nilai tukarnya terhadap dolar AS mencapai 5% bahkan 10% lebih.

"Orang Indonesia lihatnya nominal tapi kalau kita lihat nilai tukar rupiah ytd depresiasinya 0,7%," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Djuanda, Kemenkeu, Rabu (25/10/2023)

Menurut Sri Mulyani ini adalah fenomena penguatan dolar AS. Penyebabnya yaitu utang AS yang membengkak menjadi US$ 33 triliun atau setara Rp 508.200 triliun (kurs Rp 15.400). AS butuh biaya besar untuk menutupi defisit tersebut dengan penerbitan obligasi.

"Ini artinya AS untuk bisa meminjam dengan SBN 10 tahun dia harus bayar bunga di atas 5% pertama kali sejak 2007 biasanya AS yield-nya rendah karena suku bunga sejak global financial crisis sangat rendah fed policy hanya 0,25bps atau 0,25%," paparnya.

Tingginya imbal hasil yang ditawarkan membuat investor berbondong-bondong membeli obligasi pemerintah AS. Begitu juga investor yang sudah menempatkan modalnya di negara berkembang.

"Ini menjadi sangat tidak predictable sangat volatile dan ini menyebabkan gejolak tidak hanya AS tapi seluruh dunia karena banyak negara investor beli surat berharga AS," terang Sri Mulyani.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Ungkap Masalah Besar, Banyak yang Gak Sadar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular