Alert! Cadangan Nikel RI Cuma Tahan 6 Tahun, Ini Faktanya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Kamis, 19/10/2023 12:35 WIB
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka-bukaan perihal cadangan nikel Indonesia yang kian menipis. Dalam catatan, cadangan nikel Indonesia bisa habis dalam kurun waktu 6 - 11 tahun lagi.

Menipisnya cadangan nikel di Indonesia sejatinya imbas dari banyaknya pengembangan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter). Tercatat, untuk nikel melalui proses pirometalurgi di Indonesia atau yang memproses nikel kadar tinggi terdapat sebanyak 44 smelter sedangkan untuk nikel yang melalui proses hidrometalurgi yang memproses nikel kadar rendah sebanyak 3 smelter.

Dengan smelter yang ada, konsumsi biji nikelnya untuk pirometalurgi dengan kadar tinggi, yaitu saprolite, adalah sebesar 210 juta ton per tahun. Dan untuk hidrometalurgi ke arah baterai, memerlukan bijih nikel kadar rendah, yaitu limonite, sebesar 23,5 juta ton per tahun.


Saat ini masih terdapat smelter nikel dalam tahap konstruksi, diantaranya untuk proses pirometalurgi terdapat sebanyak 25 smelter dan smelter nikel melalui proses hidrometalurgi terdapat 6 smelter dalam tahap konstruksi.

Bahkan, masih ada rencana pembangunan smelter pirometalurgi sebanyak 28 smelter dan untuk smelter dengan proses hidrometalurgi sedang dalam tahap perencanaan sebanyak 10 smelter.

"Total smelter yang ada sampai dengan saat ini, belum lagi yang terbaru, itu ada 116 smelter," terang Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (19/10/2023).

Irwandny menyebutkan, secara keseluruhan cadangan nikel baik jenis saprolit dan limonit kira-kira tersisa 5,2 miliar ton. Sementara dengan konsumsi yang seperti disampaikan atau mencapai sekitar 210 juta ton saprolite dan 23,5 juta ton limonit per tahun, maka umurnya hanya tersisa 6 - 11 tahun lagi.

"Jadi ini memang sesuatu yang menurut saya perlu kita pikirkan bersama, jangan-jangan beberapa tahun ke depan kita menjadi pengimpor bijih nikel. Inilah kira-kira esensi dari supply-demand yang terjadi saat ini," ungkap Irwandy.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ahli UGM Sebut Kerugian Tambang Raja Ampat Lampaui Kasus Timah